Olahraga berlebihan atau overtraining syndrome (OTS) berdampak buruk pada kesehatan. Olahraga berat yang dilakukan terus menerus, bisa membuat tubuh merasa sangat lelah. Kelelahan yang hilang dalam 1-2 hari setelah berolahraga, masih tergolong normal. Kalau masih juga merasa kelelahan setelah 3 hari (72 jam), masuk kategori overtraining syndrome.
Menurut Indonesia Sport Medicine Center (ISMC), overtraining syndrome merupakan kondisi akibat latihan atau olahraga berlebihan, dan perlu waktu untuk kembali pulih. Pengertian sindrom overtraining ada dua. Pertama, intensitas olahraga yang berlebihan dapat menyebabkan kelelahan (fatigue). Kedua, kondisi tubuh drop karena kurangnya waktu pemulihan (recovery).
Para peneliti menyarankan untuk tidak olahraga berlebihan. Mereka yang sering melakukan aktivitas fisik dengan intensitas tinggi, berisiko tinggi mengalami depresi. Bisa memicu stres, meningkatkan risiko kardiotoksisitas (kerusakan otot jantung, akibat pelepasan senyawa kimia tertentu). Akibatnya, aliran darah dari jantung ke seluruh tubuh terganggu.
Karena darah dialirkan secara maksimal ke bagian-bagian tubuh yang membutuhkan, seperti otot, aliran darah ke ginjal bisa menurun sampai 25 persen. Makin berat olahraga yang dilakukan, makin sedikit aliran darah ke ginjal. Sindrom overtraining juga mempengaruhi sistem pencernaan dan sistem imun tubuh.
Gejala overtraining syndrome
Mereka yang mengalami overtraining dapat memunculkan gejala seperti:
1. Kelelahan yang sangat
Tubuh kelelahan setelah berolahraga merupakan hal wajar. Bila memaksakan diri untuk terus berolahraga tanpa istirahat yang cukup, seseorang bisa mengalami kelelahan yang sangat, karena tubuh kekurangan energi.
2. Performa menurun
Kinerja metabolisme tubuh tidak bisa optimal. Tubuh lemas, tak bisa optimal saat melakukan gerakan yang memerlukan kinerja otot. Olahraga berlebihan menurunkan fleksibilitas, daya tahan tubuh, stamina, kekuatan dan reaksi terhadap ancaman.
3. Nyeri otot
Tubuh yang mengalami kelelahan yang sangat, menyebabkan penumpukan asam laktat di otot. Kondisi ini bisa memicu nyeri otot dan cedera. Pada kasus yang parah, overtraining dapat menyebabkan sobekan pada otot.
4. Cedera
Saat berlari atau melakukan gerakan tertentu, risiko mengalami cedera meningkat pada mereka yang olahraga berlebihan. Ketika berlari, bisa terjadi gangguan pada sendi, cedera, patah tulang atau stress fracture.
5. Kurang nafsu makan
Setelah latihan atau berolahraga, biasanya akan terasa lapar karena banyak energi yang hilang atau terkuras. Olahraga berlebihan membuat hormon yang mengatur rasa lapar dan kenyang menjadi tidak seimbang, sehingga nafsu makan menurun.
6. Insomnia
Sindrom overtraining menyebabkan ketidakseimbangan hormon stres. Penderita yang mengalami gangguan stres membuat sulit tidur dan kualitas tidur menurun.
7. Daya tahan tubuh menurun
Olahraga yang dilakukan dengan benar, akan membuat tubuh sehat dan bugar. Sebaliknya olahraga berlebihan membuat daya tahan tubuh menurun, sehingga mudah jatuh sakit.
8. Hilang motivasi
Overtraining dapat menurunkan motivasi untuk berolahraga dan melakukan berbagai hal lain.
Terapi OTS
1. Stop olahraga. Latihan atau olahraga perlu dihentikan sementara, untuk mencegah risiko yang merugikan. Cukup lakukan olahraga ringan, sampai kondisi kembali pulih.
2. Istirahat. Istirahat yang memadai dapat mencegah OTS. Beberapa hari istirahat, kondisi biasanya sudah pulih kembali; kecuali terjadi cedera.
3. Rehidrasi. Untuk membantu pemulihan OTS, asupan cairan tubuh perlu dijaga dan tercukupi dengan baik. Sesuai anjuran, minum 8 gelas air putih/hari. Cairan dapat membantu tubuh melawan kuman, bakteri, dan lain-lain. Air putih juga dapat meningkatkan kekuatan dan kelenturan sendi serta otot-otot.
4. Massage. Pijat dapat membantu memulihkan otot dan mencegah cedera.
5. Suplemen. Konsumsi makanan bergizi. Mungkin perlu tambahan supplemen. Dokter akan memberi arahan, suplemen apa yang cocok untuk kondisi yang Anda alami. (sur)