Kasus gagal ginjal akut anak makin mengkhatirkan. Korban terus berjatuhan. Dilaporkan sudah 37 pasien anak dengan gagal ginjal akut misterius (Acure Kidney Injury /AKI) di Indonesia meninggal. Terbanyak dari DKI Jakarta: 25 anak. Selain dari DKI Jakarta, korban lain berasal dari Bali dan Nusa Tenggara Timur (NTT).
Berita susulan, 5 dari 13 anak dengan AKI di Yogyakarta dan 6 dari 7 anak yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Adam Malik, Medan, Sumatera Utara, juga meninggal dengan sebab yang sama. Jadi, total korban meninggal 48 anak.
“Dari 13 kasus yang terdeteksi, lima pasien anak dengan gagal ginjal akut misterius meninggal,” ujar Kepala Dinas Kesehatan DIY, dr. Pembajun Setyaningastutie, Senin 17 Oktober 2022. Usia mereka, 8 masih balita (di bawah lima tahun), lainnya usia 5 - 13 tahun. Mereka berasal dari 5 kabupaten/kota Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).
Yang di Sumatera Utara, usia anak 1 - 5 tahun, berasal dari Kota Medan dan beberapa kabupaten/kota. “Anak-anak mengalami kondisi pemburukan yang sangat cepat,” papar dr. Rosmayanti Syafriani, SpA(K) di RSUP Adam Malik, Medan.
Berdasar catatan Dinas Kesehatan (Dinkes) DKI Jakarta, sampai 13 Oktober 2022 ada 42 kasus anak dengan gangguan ginjal akut misterius di Jakarta. Rinciannya: 37 kasus usia balita, 5 kasus berusia 5-18 tahun. Dari jumlah tersebut, 25 pasien anak dan balita meninggal dunia.
"Sebagian penyebab gangguan ginjal akut misterius sudah teridentifikasi, yaitu infeksi: leptospirosis, influenza, parainfluenza, long Covid-19, virus CMV, bocavirus, legionella, shigella dan e.coli," papar Dinkes dikutip dari CNN.
Di Provinsi Bali dan NTT juga terjadi kasus kematian anak dengan AKI. Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali mencatat, 11 dari 17 anak yang dirawat di Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Prof. Ngoerah, Denpasar, meningal. “Anak yang meninggal karena fungsi ginjal terminal, gagal ginjal akut," ujar Ketua Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) Bali, dr. IGN. Sanjaya Putra, Sp.A beberapa hari lalu. di RSUP Prof Ngoerah, Denpasar.
Korban meninggal di NTT, menurut Ketua IDAI NTT, dr. Woro Indri Padmosiwi, Sp.A, adalah seorang bayi laki-laki nerasal dari Kabupaten Rote Ndao. Korban berusia 2 tahun itu meninggal akhir September 2022. Tidak diketahui pasti penyebab gagal ginjal akut yang dialami pasien anak itu, karena keterbatasan peralatan yang dimiliki rumah sakit.
Sejauh ini tercatat sudah 152 anak penderita gagal ginjal akut, dan penyebabnya masih misterius. Menurut dr. Yanti Herman, Plt. Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kemenkes, gejala utama gagal ginjal akut pada anak adalah penurunan drastis volume air kencing.
"Penurunan terjadi sangat cepat dan tiba-tiba pada fungsi penyaringan ginjal. Biasanya ditandai peningkatan nitrogen urea darah dan penurunan produksi urin sampai tidak keluar sama sekali," papar dr. Yanti dalam temu media daring, akhir pekan lalu.
Tata laksana AKI
Mengantisipasi kasus gagal akut progresif atipikal (Atypical Progressive Acute Kidney Injury/AKI) pada Anak, Kemenkes melalui Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan menerbitkan SK Tata Laksana dan Managemen Klinis AKI. SK diterbitkan 28 September 2022.
“Gagal ginjal akut pada anak terjadi awal tahun 2022 dan mengalami peningkatan September 2022. Sejumlah antisipasi dilakukan, termasuk menyusun pedoman penatalaksanaan AKI,” ujar Plt. Direktur Pelayanan Kesenatan Rujukan dr. Yanti Herman, MH. Kes.
Penanganan dimulai dari diagnosis klinis. Mengamati gejala dan tanda klinis. Gejala awal infeksi saluran cerna dan gejala ISPA, gejala khas jumlah air seni berkurang bahkan tidak keluar sama sekali. Di RS, pasien dilakukan pemeriksaan berlanjut fungsi ginjal (turun, kreatinin). Jika hasilnya positif, pasien masuk High Care Unit (HCU)/Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
Rumah sakit yang merawat anak dengan AKI, umumnya sudah menerapkan tata laksana dimaksud. (sur)
Baca juga: BPOM Larang DEG dan EG Penyebab Gangguan Ginjal Akut pada Anak