Gangguan ginjal akut yang menewaskan 11 anak di Bali masih misterius. Tim yang dibentuk Kementerian Kesehatan RI belum dapat menyimpulkan penyebab maraknya kasus gangguan ginjal akut yang menerpa anak-anak di 16 provinsi.
Sebagai antisipasi, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) melarang penggunaan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG) dalam obat sirup di Indonesia. Sebagai informasi, DGE dan EG dicurigai menjadi penyebab kematian 70 anak di Gambia, Afrika.
"Untuk melindungi kesehatan masyarakat, BPOM menetapkan semua produk obat sirup untuk anak dan dewasa, tidak boleh menggunakan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG)," papar Kepala BPOM Penny K. Lukito, Sabtu 15 Oktober 2022.
Sebelumnya Badan Kesehatan Dunia (WHO) sudah menarik 4 sirup obat produksi Maiden Pharmaceutical Ltd, India, yang memicu kematian anak di Gambia. Penjelasan BPOM lebih lanjut, "Dari penelusuran BPOM, keempat produk itu tidak terdaftar di Indonesia. Juga, tidak ada produk Maiden Pharmaceutical Ltd yang terdaftar di BPOM." Di luar produk sirup, BPOM menelusuri kemungkinan kandungan DEG dan EG sebagai zat pelarut tambahan pada produk lain.
Badan Pangan Singapura (SFA) telah melarang 6 produk mie Sedap karena mengandung zat etilen oksida. Etilen oksida kadar kecil sering digunakan untuk sterilisasi kosmetik dan makanan. Zat kimia berbentuk gas yang mudah terbakar ini digunakan dalam pembuatan etilen glikol, yang sedang diselidiki karena diduga kuat menjadi penyebab kematian anak-anak di Gambia.
Etilen oksida beracun
Beberapa waktu lalu, BPOM menarik es krim rasa vanilla sebuah brand ternama dari peredaran, karena mengandung etilen oksida. Menurut Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) Amerika Serikat, etilen oksida merupakan gas buatan, beracun, tidak berwarna, mudah terbakar dan pada suhu kamar menghasilkan bau manis.
Gas etilen oksida digunakan dalam produksi etilen glikol, yang sering dimanfaatkan dalam produk obat-obatan, busa poliuretan, perekat, deterjen, tekstil, sebagai anti beku dan pelarut. Dunia medis memanfaatkan EG untuk mensterilkan peralatan medis, peralatan bedah dan produk medis lainnya.
Proses sterilisasi, penyimpanan, pemindahan dan penanganan etilen oksida ternyata dapat menyebabkan tempat kerja menjadi beracun. Ini membahayakan pekerja yang terluka melalui kontak kulit.
EG mudah diserap tubuh
WHO pada 5 Oktober 2022 menyatakan, 4 produk obat batuk anak yang mengandung etilen glikol diduga kuat sebagai penyebab kematian 70 anak di Gambia. EG berbahaya bagi tubuh karena dapat menyebabkan gagal ginjal akut.
EG mudah diserap tubuh dengan efek berbeda pada masing-masing orang. Tiga tahap dialami tubuh setelah terpapar EG. Tahap 1, menyerang saraf terjadi setelah 30 menit - 12 jam. Tahap 2, menyerang jantung dan paru setelah 12 - 24 jam. Tahap 3, menyerang ginjal terjadi setelah 24 - 72 jam.
Pada tahap 3 ini mengurangi, bahkan menghentikan ekskresi urin dan menyebabkan gagal ginjal akut. Menurut penelitian di American Journal of Kidney Disease tahun 2009, gagal ginjal akut terbukti dengan ditemukannya kristal kalsium oksalat di urin pasien setelah 40 jam mengonsumsi etilen glikol.
Paparan etilen oksida dapat membahayakan kesehatan: penglihatan kabur, sulit bernapas dan gangguan sistem saraf. Menelan etilen oksida dapat menyebabkan nyeri perut. Etilen oksida juga berbahaya bagi ibu hamil dan janin serta anak-anak.
Badan Internasional Penelitian Kanker (IARC) di bawah WHO mengklasifikasi etilen oksida sebagai karsinogenik. Environmental Protection Agency (EPA) menyatakan, paparan etilen oksida dapat meningkatkan risiko kanker limfohematopoietik, seperti leukemia limfositik, mieloma dan limfoma non-hodgkin.
Langkah BPOM sudah selayaknya dilakukan. Kemenkes dikabarkan sudah menemukan gambaran penyebab kasus gangguan ginjal misterius di 16 provinsi dan yang menyebabkan 11 anak di Bali meninggal. Satu dua hari ini hasil penelitian akan diumumkan. (sur)