Congekan adalah gangguan pendengaran yang kerap jadi bahan candaan. Tengok saja pelawak Bolot, dengan karakter ‘semi’ tulinya – bisa mendengar jelas kalau masalah duit. Congek (Otitis Media Supuratif Kronik / OMSK) sejatinya ia adalah radang telinga tengah yang berpotensi menyebabkan ketulian.
Otitis media adalah infeksi yang mengenai telinga bagian tengah. Infeksi ini disertai ke luarnya cairan bening / keruh dari liang telinga (disebut supuratif). Istilah kronis digunakan bila gejala ini hilang timbul atau menetap lebih dari 2 bulan. Tahukah Anda bahwa radang telinga tengah kronik adalah penyebab ketulian utama di Indonesia. Angkanya sekitar 3,1% dari total penduduk, atau sekitar 7,5 juta jiwa.
“Kalau sudah menahun, 90% perlu operasi. Entah karena gendangnya bolong, gendang telinga tertarik ke dalam atau tulang pendengarannya rusak,” papar dr. Soekirman Soekin, Sp.THT-KL, Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL).
Penyebab tersering (95%) karena penjalaran infeksi saluran napas atas ke telinga, misalnya dari influenza atau sakit tenggorokan. Kejadiannya lebih gampang terjadi pada anak-anak dibanding orang dewasa. Pasalnya, jalur telinga – tenggorokan pada anak-anak lebih rata / landai dibanding pada orang dewasa. Beberapa jenis kuman penyebab OMSK antara lain Staphylococcus aureus (26%), Pseudomonas aeruginosa (19,3%), Streptococcus epidermidis (10,3%).
Akibat infeksi timbul cairan yang akan terkumpul di gendang telinga (yang setipis kertas rokok), berisiko menyebabkan gendang pecah/belubang. Cairan pun ke luar sampai di liang telinga.
“Sudah tentu mengganggu hantaran suara. Sekitar 30-40% terjadi ketulian. Itu sebabnya jangan sepelekan batuk pilek. Awalnya cuma sumbatan di hidung, suara jadi bindeng. Karena dibiarkan jadi terbiasa dengan kondisi itu, akhirnya menyebar ke telinga,” tambah dr. Soekirman dalam peringatan Hari Pendengaran Sedunia, Maret 2017.
Pada kejadian OMSK ringan dapat ditangani dengan pemberian antibiotik dan mengatasi infeksi hidung – tenggorokan. Pada kasus berat, dibutuhkan operasi bedah mikro telinga ; timpanoplasti atau mastoidektomi, untuk merekonstruksi telinga tengah, gendang telinga dan tulang pendengaran.
Gangguan pendengaran ternyata berimplikasi luas, termasuk masalah psikologis. Membuat penderitanya berprasangka buruk pada orang lain (merasa diomongin), dan cepat tersinggung. Mengalami pula gangguan dalam keseharian. Jika terjadi pada salah satu telinga, ia akan sulit/kebingungan menentukan arah suara jika berada di tempat ramai, dll. (jie)
Baca juga: Bahaya Menggunakan Earphone Terlalu Lama