Piranti dengar seperti earphone atau headset tak lagi bisa lepas dari keseharian kita. Mendengarkan musik atau nonton video di gawai lebih nyaman dengan earphone. Sayangnya perilaku ini berisiko menyebabkan gangguan pendengaran.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pada 2015 lalu menyatakan > 43 juta orang usia 12-35 tahun di negara berpenghasilan menengah – tinggi hidup dengan gangguan pendengaran akibat bising (GPAB). Sekitar 50% akibat terpapar suara keras dari perangkat audio personal. Sebab lain (sekitar 40%) oleh hingar-bingar suara di klub malam, diskotik, bioskop atau bar.
GPAB terjadi jika terpapar suara keras >85 desibel (dB) dalam waktu lama dan berulang-ulang. GPAB bisa bersifat sementara atau permanen. Biasanya seseorang mengalami GPAB sementara setelah meninggalkan tempat bising. Pendengaran akan pulih setelah beberapa jam. Namun jika dilakukan berulang-ulang, maka pendengaran seseorang dapat rusak secara permanen.
Suara dikategorikan ‘ramah’ untuk telinga jika berkekuatan -10 – 20 desibel (dB), ini seperti saat mendengarkan tetesan air, kicau burung atau hembusan angin. Suara orang berbisik sekitar 30-40 dB, bicara normal (tidak berteriak) antara 40-60 dB.
“Jika berteriak bisa 70-80 dB, sedangkan mendengarkan earphone sampai 85 dB,” papar dr. Soekirman Soekin,Sp.THT-KL, Ketua Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Indonesia (PERHATI-KL) dalam peringatan Hari Pendengaran Sedunia, Maret 2017.
Itu sebabnya saat menggunakan earphone/headset disarankan mengatur volume suara maksimal 60 %. Dan jangan dipakai lebih dari 1 jam. Istirahatkan telinga Anda sekitar 15 menit baru pakai kembali piranti audio. Terpapar suara berkekuatan 85 dB lebih dari 8 jam, atau 88 dB di atas 4 jam berisiko merusak telinga. Semakin besar kekuatan suara, makin sedikit waktu aman bagi telinga, demikian pula sebaliknya.
Saat pertama kali terpapar suara keras, kita merasa terlalu bising. Namun lambat laun telinga akan beradaptasi dengan suara tersebut. “Secara tidak sadar terjadi penurunan kemampuan dengar. Ada kerusakan sel-sel rambut di dalam rumah siput (koklea) telinga. Akibatnya fungsi telinga untuk mendengar turun bahkan hilang,” tambah dr. Soekirman.
Hal lain yang perlu diperhatikan ialah jangan memasang earphone sampai tertidur. Sel-sel rambut ‘dipaksa’ tetap bekerja mengolah sinyal suara, sementara otak tidak memrosesnya. Akibatnya berisiko merusak sel rambut. (jie)
Baca juga: Congek, Radang Telinga Menahun