Katarak dan gangguan refraksi (mata minus, silinder, dan rabun dekat) merupakan gangguan yang paling banyak dikeluhkan di klinik/poli mata. Paradigma operasi katarak sudah berubah. “Yaitu untuk meningkatkan kualitas penglihatan, tidak lagi sekadar menghilangkan kebutaan,” ujar Dr. dr. Setiyo Budi Riyanto, Sp.M(K). Untuk itu, diperlukan operasi katarak sekaligus menghilangkan silinder (astigmatisme) bila mata mengalami gangguan tersebut.
Direktur Utama RS Mata JEC@Kedoya itu menyebut, penglihatan tidak akan maksimal setelah operasi katarak bila gangguan refraksi tidak dikoreksi. Sebagai informasi, katarak adalah gangguan penglihatan di mana lensa mata keruh, dan akhirnya penglihatan bisa hilang sepenuhnya.
Tindakan operasi katarak dilakukan dengan mengambil lensa mata yang sudah keruh, lalu menggantinya dengan lensa intraokular (intraocular lens/IOL). Untuk menghilangkan silinder, yang akan diiimplantasi adalah IOL torik. “Kalau kita hanya memasang lensa monofokal, penglihatan kembali terang, tapi kualitasnya tidak bagus. Garis lurus jadi terlihat melengkung,” jelas Dr. dr. Setiyo, dalam diskusi secara virtual, Senin (23/5/2022).
Operasi katarak sekaligus menghilangkan silinder bisa dilakukan secara singkat, efisien, presisi, dan akurat menggunakan teknologi yang mampu memberikan panduan gambaran (image guided) seperti CALLISTO Eye. Tindakan operasi dengan image guided CALLISTO Eye telah dilakukan di JEC sejak 2019. Namun harus diakui, biayanya sangat mahal, dan ketersediaannya di fasilitas kesehatan di Indonesia terbatas. Tak ayal, penanganan pasien katarak dengan refraksi astigmatisme pun belum optimal.
Operasi Katarak sekaligus Menghilangkan Silinder yang Lebih Terjangkau
Memahami situasi di atas, Dr. dr. Setiyo mengagas pendekatan yang lebih terjangkau. Dilakukan penelitian selama Desember 2019 hingga Juli 2021, dengan melibatkan 42 mata dari 34 pasien katarak yang disertai astigmatisme >1.000 D.
Penelitian tersebut tertuang dalam disertasinya, yang berjudul "Akurasi dan Efektivitas Penentuan Aksis IOL Torik pada Meridian Kornea antara Metode Manual Biomikroskopi Slit Lamp terhadap CALLISTO Eye® Image Guided System pada Operasi Katarak dengan Teknik Fakoemulsifikasi”. Hasil penelitian dipaparkan oleh Dr. dr. Setyo dalam Ujian Terbuka, Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan, Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (FKKMK UGM), Yogyakarta secara virtual, dan mengantarkannya meraih gelar Doktor.
Metode biomikroskopi slit lamp yang ditawarkan oleh Dr. dr. Setiyo biasa digunakan oleh dokter spesialis mata dalam praktik sehari-hari. “Penggunaan biomikroskopi slit lamp mampu memberikan hasil operasi yang optimal, mendekati hasil apabila menggunakan CALLISTO Eye. Bisa menjadi solusi bagi penderita katarak dan gangguan refraksi astigmatisme dengan biaya yang lebih terjangkau,” tuturnya.
Ia melanjutkan, sebetulnya penemuan yang dilakukannya adalah penemuan rumus. “Ada perputaran bola mata pada dasar pemasangan lensa IOL torik, antara duduk dan berbaring. Dengan ditemukannya rumus penyetaraan, (maka) dapat digunakan oleh dokter mata dengan fasilitas alat tindak operasi katarak terbatas dan ingin mendapatkan hasil operasi yang lebih baik,” ucap Dr. dr. Setiyo.
Ia juga menegaskan, inividu dengan katarak harus segera ditangani dengan melakukan tindakan operasi yang mudah dan efisien, dengan harga terjangkau yang tersedia di seluruh sentra kesehatan mata di Indonesia. “Sehingga, mereka dapat kembali menikmati penglihatannya secara optimal,” tandasnya.
Metode biomikroskopi slit lamp memungkinkan operasi katarak sekaligus menghilangkan silinder menjadi lebih terjangkau, hasilnya optimal mendekati operasi menggunakan peralatan canggih, dan bisa dilakukan di lebih banyak fasilitas kesehatan mata. Dengan demikian, akan lebih banyak pasien katarak dengan gangguan refraksi astigmatisme yang bisa terbantu. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Eyesight photo created by freepik - www.freepik.com