Penderita hemofilia perlu mencegah terjadinya perdarahan. Mereka bisa berolahraga; pilih jenis olahraga yang aman dan hati-hati saat berolahraga.
“Jangan pilih olahraga keras seperti sepak bola atau balap motor,” ujar Prof. dr. Djajadiman Gatot, Sp.A(K). Atau yang sifatnya full body contact seperti bela diri, tenis atau softball. Bisa berenang dan sepeda santai.
Olahraga membuat otot lebih lebih kuat, tidak mudah cedera dan perdarahan bisa dihindari. Lebih baik jika saat olahraga, didampingi fisioterapis atau pelatih yang memahami hemofilia, dan kenakan pelindung yang tepat. Olahraga juga membuat berat badan (BB) terkontrol. BB berlebih menambah beban pada persendian; bisa berakibat buruk terutama pada mereka yang sudah menderita radang sendi.
Jaga kebersihan gigi dan mulut. Kontrol teratur ke dokter gigi penting agar gigi tidak rusak dan tidak perlu tindakan pembedahan. Luka dan infeksi akibat perawatan gigi yang kurang tepat, bisa menyebabkan perdarahan di tenggorokan. Bisa memicu pembengkakan hinggapenderita sulit menelan dan bernafas.
Vaksinasi perlu agar anak terhindar dari berbagai penyakit. Informasikan kepada petugas medis mengenai kondisi anak. Pada pasien hemofilia, suntikan diberikan di bawah kulit (subkutan) bukan di otot, diikuti penekanan di bekas suntikan minimal 5 menit.
Obat anti inflamasi atau analgesik golongan asetilsalisilat harus dihindari, karena obat ini sifatnya mengencerkan darah,” tegas Prof. Djajadiman. Pilih golongan asetaminofen (parasetamol).
Menurut Ari Sudana, hemofilia ibarat orang dengan mata plus atau minus yang perlu bantuan kacamata. “Jika tidak pakai kacamata, tidak bisa melihat. Penderira hemofilia, kalau tidak suntik faktor VIII, perdarahan tidak bisa berhenti,” katanya. Dengan pengobatan teratur, penderita hemofilia bisa hidup normal. (jie-nid)