Riset skala besar terbaru menunjukkan mereka yang mengonsumsi jamur punya risiko depresi yang lebih rendah.
Tetapi peneliti tidak tahu penyebab pasti hubungan tersebut. Ini merupakan penelitian observasional terbesar pertama tentang konsumsi jamur dan risiko depresi. Melibatkan data kesehatan lebih dari 24 ribu orang AS dari tahun 2005 – 2016.
Temuan yang dipublikasikan di Journal of Affective Disorder (2021) ini tidak membedakan antara berbagai jenis jamur. Rerata usia partisipan adalah 45,5 tahun dan tingkat insiden depresi sekitar 5,9%. Mereka mengisi kuesioner sebanyak dua kali, yang isinya mengenai seluruh makanan yang mereka makan selama 24 jam sebelumnya.
Dari sini, ditemukan 5,2 % partisipan adalah memakan jamur. Para pemakan jamur kemudian dibagi menjadi tiga kelompok sesuai dengan porsi jamur yang dimakan, yaitu: konsumsi sedikit, konsumsi sedang (4,9 gram/hari) dan konsumsi banyak (19,6 gram/hari).
Dibandingkan dengan mereka yang makan jamur sedikit, para peneliti menemukan bahwa konsumsi jamur porsi sedang menekan risiko depresi. Uniknya, penurunan risiko depresi tidak berubah pada mereka dengan konsumsi jamur banyak.
Apa yang membuat jamur begitu spesial hingga bisa mengurangi risiko depresi masih merupakan teka-teki. Jamur kancing putih (Agaricus bisporus) – paling banyak dikonsumsi orang AS – dikenal tinggi potasium, yang adalah mineral yang terbukti bermanfaat mengurangi kecemasan.
Jamur surai singa (Hericium erinaceus) juga diketahui mengandung zat yang bermanfaat untuk kesehatan otak. Bing-Ji Ma, dalam jurnal Mycology menulis bila jamur ini mengandung hericonones dan erinacines yang memiliki aktivitas meningkatkan sintesis faktor pertumbuhan saraf (NGF).
NGF memiliki aktivitas biologis yang kuat, seperti mencegah kematian neuron (sel otak) dan mendorong pertumbuhan neurit, dan sangat penting untuk mempertahankan dan mengatur fungsi neuron. Ia dianggap mampu membantu meringankan gejala depresi.
Penelitian juga mendapati bila beberapa jenis jamur juga mengandung antioksidan kuat yang disebut ergothioneine. “Jamur merupakan sumber asam amino ergothioneine terbanyak dari makanan. Ini adalah anti-inflamasi yang tidak bisa diproduksi sendiri oleh manusia,” kata Djibril Ba, ahli epidemiologi dari Penn State University, Pennsylvania, AS, melansir Science Alert.
“Mengonsumsi ergothioneine dalam jumlah tinggi bisa menurunkan risiko stres oksidasi, yang juga mengurangi gejala depresi.”
Dalam riset terbaru ini, data berasal dari Survei Pemeriksaan Kesehatan dan Gizi Nasional AS (US National Health and Nutrition Examination Survey). Dalam analisis lebih lanjut, penulis membandingkan mereka yang makan satu porsi jamur per hari dengan konsumsi satu porsi daging merah atau olahan. Tetapi tampaknya, substitusi tersebut tidak terkait dengan kemungkinan depresi yang lebih rendah.
"Temuan ini menyoroti potensi konsumsi jamur sebagai sarana untuk mengurangi depresi dan mencegah penyakit," para penulis menyimpulkan.
Dampak ergothioneine dalam darah
Studi lain sebelumnya pada binatang menyatakan antioksidan ergothioneine telah ditemukan mampu menembus penghalang aliran darah, yang memisahkan otak dari bagian tubuh lainnya, menunjukkan antioksidan ini dapat memiliki efek pada kesehatan sistem saraf di otak.
Melalui mekanisme berbeda, Yoshiki Matsuda, et al, dalam jurnal Translation Psychiatry menyatakan bila ergothioneine juga berperan penting untuk kesehatan usus, di mana kesehatan usus juga mempengaruhi suasana hati; dikenal dengan gut-brain axis. (jie)