Edukasi, pola makan seimbang, latihan jasmani/olahraga, obat, dan pemeriksaan gula darah adalah lima pilar dalam penanganan diabetes. Doker keluarga di layanan primer berperan penting agar tiap pasien diabetes memiliki kelima pilar ini, dan tidak sekadar mengandalkan obat. Di samping itu, terapi lain yang telah terbukti bisa menunjang pengelolaan diabetes pun layak digali. Misalnya peranan probiotik dalam pengelolaan diabetes.
Saluran cerna kita dihuni oleh triliunan bakteri. Menariknya, studi menemukan bahwa mikrobiota usus penyandang diabetes mellitus tipe 2 (DM2) berbeda dengan populasi sehat. Jumlah bakteri Firmicutes lebih rendah, sedangkan jumlah Bacteroides dan Proteobacteria lebih tinggi di saluran cerna pasien DM2, dibandingkan orang yang tidak diabetes. Menurut sebuah studi, rasio spesies Bacteriodes dan Firmicutes berhubungan dengan penurunan resistansi insulin.
Konsumsi probiotik bisa memperbaiki keseimbangan mikrobiota usus. Probiotik adalah produk yang mengandung mikroorganisme hidup dengan jumlah sel yang cukup. Strain suatu probiotik bersifat spesifik, dan manfaatnya telah dibuktikan lewat uji klinis. Beberapa tahun terakhir, makin banyak studi yang membuktikan manfaat probiotik dalam pengelolaan diabetes tipe 2, khususnya spesies lactobasillus.
Probiotik dalam Pengelolaan Diabetes: Studi
Pangan olahan yang mengandung probiotik digolongkan sebagai pangan fungsional. Artinya, bahan pangan yang memberi manfaat kesehatan melebihi nilai nutrisinya. Berbagai studi telah menemukan manfaat probiotik dalam pengelolaan diabetes, maupun untuk mencegah prediabetes berkembang menjadi diabetes. Misalnya studi oleh Eiichiro Naito, dkk (2017), yang melibatkan 100 subjek obes di Jepang, dengan hiperglikemi post-load sedang.
Para responden dibagi secara acak; setiap hari selama 8 minggu, sebagian mendapat probiotik berupa susu fermentasi dengan kandungan L. casei Shirota strain, dan sebagian lain mendapat plasebo. Glukosa plasma puasa dan setelah konsumsi gula dievaluasi.
Hasilnya, setelah 8 minggu, tampak bahwa glikoalbumin dan HbA1c pada kelompok probiotik, turun dibandingkan saat baseline. Pada mereka dengan intoleransi glukosa berat, glikoalbumin dan kadar glukosa plasma setelah konsumsi gula 1 jam, jauh membaik pada kelompok probiotik, dibandingkan kelompok plasebo.
Selain itu, kadar kolesterol total dan LDL pun jauh lebih rendah pada kelompok L. casei Shirota strain ketimbang kelompok plasebo. Temuan-temuan ini menunjukkan bahwa L. casei Shirota strain bisa membantu memperbaiki kondisi yang tidak normal yang terjadi pada subjek pradiabetes. (nid)
___________________________________________