Penelitian menunjukkan pandemi membuat kita lebih banyak menghabiskan waktu di depan gawai. Ini menyebabkan peningkatan kasus computer vision syndrome (CVS), tidak hanya pada orang dewasa, bahkan pada anak-anak. Tak ayal, kejadian computer vision syndrome pada anak sekolah meningkat selama pandemi.
Menatap monitor elektronik secara terus menerus dan dalam durasi yang lama, bisa memicu terjadinya computer vision syndrome (CVS). “Gejala yang paling sering muncul adalah terjadinya mata kering karena berkurangnya refleks berkedip. Selain itu, kontras pencahayaan dari monitor yang kerap menyebabkan mata lelah,” jelas dr. Anna Nur Utami, Sp.M, spesialis mata dari JEC.
Dalam riset Rui Li, dkk, dijelaskan selama pandemi, gejala computer vision syndrome pada anak sekolah dilaporkan pada lebih dari tiga perempat (77%). Selain masalah mata yang sudah ada sebelumnya, waktu berlebihan di depan layar gawai, ketidakpatuhan terhadap aturan 20-20-20 dan pengurangan aktivitas outdoor dikaitkan dengan risiko CVS yang lebih tinggi.
Studi yang dipublikasikan di jurnal Ophthalmic Epidemiology (Januari 2021) ini dilakukan pada 2363 anak sekolah tingkat I (rata-rata berusia 12 tahun) di Nanjing, China. Sekitar 56% anak tidak tahu aturan 20-20-20 (istirahat 20 detik setiap menatap layar gawai 20 menit dengan memandang benda setidaknya berjarak 20 kaki [6 meter]). Aturan 20-20-20 adalah panduan untuk mencegah computer vision syndrome.
Gejala CVS
Computer vision syndrome bisa mengurangi produktivitas dan efisiensi kerja seseorang, bahkan pada anak sekolah. Gejala CVS meliputi:
- Sakit kepala.
- Mata terasa kering. Kita cenderung lebih jarang berkedip saat bekerja di depan gawai. Semakin lama mata terbuka, ia akan mengalami dehidrasi.
- Penglihatan ganda. Muncul gangguan koordinasi antara ke dua bola mata saat kita bekerja dengan obyek yang sangat dekat dengan mata (dalam waktu lama).
- Mata terasa tegang dan lelah sehingga lambat untuk fokus. Ketika mata sedang fokus pada obyek yang dekat untuk jangka waktu lama, otot mata menjadi tegang. Pada saat mata melihat jauh, objek lainnya muncul sebagai gambar buram (ketika berubah dari dekat ke jauh atau sebaliknya). Untungnya kondisi ini bersifat sementara.
- Sakit leher dan atau punggung. Sistem penglihatan menjadi sangat dominan ketika bekerja di depan layar. Untuk itu, posisi tubuh umumnya dipertahankan cukup lama, sehingga otot leher dan punggung mengalami ketegangan.
Mencegah Computer Vision Syndrome pada Anak Sekolah
Selain dengan aturan 20-20-20, computer vision syndrome pada anak sekolah bisa dicegah dengan melakukan beberapa langkah berikut:
- Atur jarak pandang, “Yakni dengan mengupayakan untuk mempertahankan jarak pandang yang sehat, yakni minimal 33 cm, ketika menggunakan ponsel dan 60 cm untuk komputer,” jelas dr. Anna.
- Koreksi kelainan refraksi mata seperti minus, plus atau silinder. Pakailah kacamata yang sesuai selama bekerja di depan komputer.
- Batasi durasi menatap layar gawai. Ketika kita fokus menatap monitor dalam waktu lama, refleks berkedip akan berkurang. Dampaknya, mata bisa kering dan lelah. Untuk itu, disiplinkan diri. Beristirahatlah sejenak tiap 2 jam; jauhkan mata dari monitor selama 15 menit. Pada anak <16 tahun, mata mereka sedang dalam masa perkembangan. “Termin maksimal yang sehat untuk menatap layar hanya 2 jam sehari. Itu pun durasi akumulasi, tidak 2 jam secara terus menerus,“ tegas dr. Anna.
- Atur pencahayaan ruangan jangan terlalu redup. Atur pula kekontrasan layar gawai agar nyaman di mata.
- Menatap layar secara terus menerus akan mengurangi kelembapan mata. “Agar mata tetap lembap, Anda bisa mengaplikasikan produk air mata buatan yang tanpa pengawet,” ucap dr. Anna. Agar lebih aman, ada baiknya berkonsultasi dulu dengan dokter spesialis mata. (jie)
Baca juga: 15 Jam di Depan Gawai, Begini Cara Raditya Dika Atasi Mata Kering