Sering mengalami mulut terasa asam disertai rasa perih di dada hingga ke tenggorokan, perasaan mual dan ingin muntah? Bisa jadi itu adalah gejala naiknya asam lambung alias GERD.
GERD (Gastroesophageal Reflux Disease) merupakan gangguan akibat naiknya asam lambung ke kerongkongan (esofagus). Orang kerap salah mengira GERD sebagai maag, atau bahkan serangan jantung.
Secara medis, maag (dispepsia) merupakan kumpulan rasa sakit atau rasa tidak nyaman di lambung, karena adanya luka di lapisan dalam lambung (tukak lambung). Gejala yang biasa timbul adalah mual, kembung, cepat kenyang, kurang nafsu makan, muntah dan diare.
Sementara GERD, keluhan utamanya adalah rasa terbakar, kadang disertai pahit atau rasa eneg seperti mau muntah akibat asam lambung naik ke kerongkongan. Rasa terbakar umunya menyerang bagian belakang tulang dada.
Baca: GERD Penyakit Asam Lambung yang Mirip dengan Serangan Jantung
Drs. Budi Raharjo, Apt, SpFRS, staf pengajar di Prodi S2/Magister Farmasi Klinik UGM ini menekankan GERD menyebabkan gejala yang menganggu, hingga menurunkan kualitas hidup penderitanya.
“Gejala khasnya berupa heartburn (nyeri terbakar di belakang dada) dan regurgitasi (naiknya cairan/asam lambung ke mulut) terutama setelah makan dan saat tidur. Dan nyeri menelan,” katanya dalam Seminar Kefarmasian bertopik Peranan PPI Pada Tatalaksana ARD, Selasa (28/09/2021).
Penyebab GERD
Penyebab GERD sangat kompleks, bisa berbeda-beda untuk setiap penderita. Tetapi hal utama yang menyebabkan GERD adalah lemahnya cincin otot di ujung esophagus (lower esophageal sphincter), sehingga tidak bisa menutup sempurna.
Normalnya, imbuh Budi, otot ini mengendur sehingga makanan mudah masuk dari kerongkongan ke perut, kemudian menutup lagi sehingga makanan di perut tidak bisa kembali ke kerongkongan. Pada penderita GERD, otot tidak berfungsi dengan baik.
Pada mereka ini makanan / minuman seperti jeruk, cokelat, bawang putih, kafein, alkohol, makanan berlemak, makanan pedas dan makanan berbasis tomat akan memperburuk kondisi.
Hasil studi menunjukkan, kecemasan, stres dan depresi berhubungan dengan risiko 2-4x lipat terjadinya GERD. Beberapa peneliti percaya, bahan kimia otak cholecystokinin berperan dalam timbulnya GERD pada orang dengan gangguan kecemasan.
Rokok ditengarai bisa memicu GERD, karena paparan asap rokok berpotensi merusak selaput lendir di kerongkongan. Ini meningkatkan pengeluaran asam lambung, melemahkan spinter gastro esophageal dan mengurangi produksi air liur yang memiliki efek menetralkan asam.
Mencegah nyeri GERD
Salah satu penyebab GERD adalah pola hidup yang tidak teratur. Sehingga ada beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mencegahnya:
- Aktivitas fisik teratur. Studi di Harvard menunjukkan aktivitas fisik teratur membantu metabolisme tubuh bekerja lebih baik dan optimal, sehingga asam lambung bisa bekerja normal.
- Menjaga berat badan. Riset Dr. Jesper Lagergren dari Intitute Karolinska, Stockholm mendapati 22% penderita GERD mengalami obesitas. Kegemukan dan kehamilan meningkatkan risiko tekanan di lambung, sehingga makanan/asam lambung bisa naik ke kerongkongan.
- Makan dalam porsi kecil tapi sering. Produksi asam lambung akan bertambah bila kita sering telat makan. Selain itu makan dalam porsi besar pun bisa menyebabkan refluks isi lambung, yang akhirnya menyebabkan kekuatan dinding lambung menurun.
- Hindari makan sebelum tidur, jangan berbaring setelah makan dan tinggikan kepala saat tidur.
PPI dibandingkan dengan obat lainnya
Salah satu obat yang diresepkan dalam pengobatan GERD adalah PPI (proton pump inhibitor). Ini adalah salah satu jenis obat untuk mengatasi gangguan asam lambung. Jenisnya antara lain esomeprazole, lansoprazole, omeprazole, pantoprazole dan rabeprazole.
Dibandingkan dengan obat lain, seperti antasida dan antagonis reseptor H2 dosis tinggi (untuk mengurangi produksi asam lambung), PPI memberikan skor yang lebih tinggi pada perbaikan gejala (skor +4), penyembuhan lesi esofagus (+4), pencegahan komplikasi (+3) dan pencegahan kekambuhan (+4).
PPI lebih unggul dari antagonis reseptor H2 untuk mengobati nyeri GERD sedang sampai parah. Antagonis reseptor H2 hanya bekerja pada satu reseptor. Di mana, dengan memblok satu reseptor, asam tidak dapat ditekan hingga 100%.
PPI bekerja di daerah pompa asam (bukan di reseptor). Sehingga, penekanan di area tersebut mampu menghambat produksi asam 80-90%, bahkan 100%.
Ina Rizki Nurani, S.Farm, selaku Product Manager PT. Wellesta CPI, menjelaskan PPI memiliki efektivitas bertahan dalam 24 jam dan mampu mengontrol asam lambung di malam hari.
“Di antara obat PPI, lansoprazole menekan asam lambung paling cepat, yaitu dengan onset kerja 1 jam, dibandingkan omeprazole dan rabeprazole yang memiliki onset setelah 1,25 dan 1,75 jam,” ujar. “Dua kali lebih cepat meredakan gejala GERD dibandingkan esomeprazole.”
Riset Dohmen W, et al, menyatakan 58% pasien lebih memilih melanjutkan terapi GERD dengan lansoprazole, dibandingkan hanya 25% dengan esomeprazole. PPI diminum 30-60 menit sebelum makan. (jie)
_____________________________________________________________
Ilustrasi: Medical vector created by brgfx - www.freepik.com