Jantung tidak pernah berhenti berdetak, tetapi kita tidak pernah merasakannya. Kita merasakan detak jantung saat ia berdebar. Sangat normal bila jantung berdebar terkait masalah emosional atau pasca melakukan aktivitas fisik berat. Tetapi berdebar bisa menjadi penanda gangguan jantung yang disebut aritmia.
Aritmia merupakan gangguan jantung di mana jantung berdetak terlalu kencang, terlalu pelan atau tidak beraturan. Denyut jantung normal adalah antara 60-100 kali/menit.
Bila dalam keadaan istirahat, jantung berdebar hingga 180-200 kali/menit, ini disebut tachycardia (takikardi). Sebaliknya, bisa tiba-tiba melambat tanpa alasan hingga 30-40 kali/menit, disebut bradycardia (brakikardi). Hal ini bisa membuat seseorang lemas hingga pingsan.
Berbeda dengan penyakit jantung koroner yang umumnya dialami oleh mereka yang berusia > 50 tahun, gangguan irama jantung bisa dialami siapa saja, mulai bayi hingga usia lanjut.
Pada bayi atau anak-anak lebih banyak disebabkan karena kelainan jantung bawaan. Pada orang dewasa dan orang tua bisa dipicu oleh gangguan hormon tiroid, diabetes, hipertensi dan penyakit jantung koroner.
Dr. Vito A. Damay, SpJP(K), dari Siloam Hospital Lippo Village, mengatakan, “Kok berdebar-debar kenapa ya? Soalnya hidupnya tidak berhenti, rapat terus, terlalu banyak duduk, atau nonton film hingga larut malam tidak kenal waktu. Kita seharian tidak olahraga. Sudah hipertensi, gemuk, kolesterol tinggi pula.”
“Orang yang punya aritmia bisa terjadi stroke walau masih muda. Dari sini penting untuk melakukan pemeriksaan jantung pakai EKG. Sebelum stroke kita beri pengencer darah,” ujar dr. Vito dalam seminar awam Tanda dan Gangguan Jantung, Kapan Harus Periksa?, Kamis (30/9/2021).
Bahaya berdebar?
Gangguan irama jantung bukan suatu yang bisa Anda remehkan. Fibrilasi atrium (FA), salah satu jenis aritmia paling umum, berisiko menyebabkan stroke yang lebih parah dibanding stroke karena hal lain. Sementara aritmia ventrikel mengakibatkan serangan jantung mendadak.
Data juga mencatat penderita FA berisiko 5x lebih besar mengalami stroke, dibandingkan orang tanpa FA. Gangguan irama jantung ini juga dapat mengakibatkan gagal jantung.
Irama jantung tidak normal menyebabkan kontraksi otot-otot jantung tidak beraturan. Dalam jangka panjang berpotensi melemahkan pompa jantung dan memicu gagal jantung, diikuti gagal organ penting lainnya.
Gaya hidup jantung sehat
Berdebar dan gangguan jantung berhubungan erat dengan hipertensi, diabetes, kolesterol tinggi atau hipertiroid, sehingga pencegahan utama aritmia adalah dengan mengontrol penyakit-penyakit tersebut.
Selain itu dengan menerapkan gaya hidup jantung sehat dan menjaga tekanan darah. American Heart Association (AHA) menganjurkan beberapa langkah, termasuk konsumsi makanan tinggi serat yang beraneka ragam, hindari lemak jenuh, lemak trans dan diet rendah garam.
Riset di jurnal Archives of Internal Medicine menyatakan, mereka yang biasa mengonsumsi serat 21 gram/ hari (kebutuhan harian 25g serat/hari), risiko penyakit jantung koroner turun hingga 12% dibanding mereka yang hanya mengonsumsi 5 gram serat/ hari.
Dr. Vito menjelaskan ada vitamin dan mineral tertentu yang terkait dengan kesehatan jantung, seperti vitamin B kompleks, C, E dan zinc.
Vitamin B
“Vitamin B dikenal juga sebagai vitamin saraf karena fungsi utamannya mendukung kesehatan sistem saraf. Tetapi ia juga diperlukan untuk menjaga tubuh dari kondisi penyakit kardiovaskular,” katanya.
Darah memiliki asam amino yang disebut homosistein yang dapat mengurangi aliran darah melalui pembuluh darah, dan memicu sel yang menggumpal, menyebabkan penyumbatan pembuluh darah jantung.
Vitamin B9 (asam folat), B6 dan B12, secara tidak langsung mengurangi risiko serangan jantung. Vitamin-vitamin B tersebut sangat diperlukan untuk membantu mengurangi kadar homosistein dalam darah.
Vitamin C
Penelitian menyebutkan konsumsi 300 miligram vitamin C sehari dari makanan maupun suplemen mampu menurunkan risiko penyakit jantung. caranya dengan menurunkan lipoprotein yang bisa memicu stroke, mencegah peningkatan tensi, mencegah penggumpalan darah di pembuluh darah hingga menyembuhkan dinding pembuluh darah yang rusak.
Vitamin E
Vitamin E dapat mengurangi risiko penyakit jantung sebesar 40%. Vitamin E banyak ditemukan dalam bayam, kacang-kacangan, biji-bijian, merica, minyak zaitun, jagung, dll.
Nutrisi ini bertindak sebagai antioksidan dan melindungi darah dari timbunan lemak. Ia akan menurunkan kolesterol jahat dan membantu menjaga kolesterol baik, sehingga menghindari gumpalan lemak dalam arteri dan menyebabkan aliran darah yang lancar.
Zinc
Beberapa penelitian melaporkan bahwa suplemen zinc berpotensi untuk mengendalikan faktor risiko penyakit jantung dan menurunkan kadar kolesterol serta trigliserida.
Dalam sebuah metastudi dalam jurnal Nutrition and Metabolism yang mengkaji 24 riset, disebutkan bahwa suplemen zinc membantu mengurangi kadar kolesterol total, kolesterol jahat (LDL), dan trigliserida. Dengan begitu, risiko penyakit jantung pun diyakini bisa berkurang berkat kemampuan zinc tersebut.
“Untuk mendapatkan vitamin dan mineral tersebut usahakan konsumsi 5 porsi sayur dan buah per hari. Tetapi kalau tidak yakin bisa makan 5 porsi buah dan sayur, lebih baik konsumsi suplemen vitamin,” terang dokter yang juga staf pengajar Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan ini. (jie)
____________________________________________________________
Ilustrasi: Heart photo created by freepik - www.freepik.com