Perihal ‘keperkasaan’ pria boleh jadi adalah obrolan seru di warung-warung. Tetapi sebaliknya masalah gangguan keperkasaan, alias disfungsi ereksi, menjadi hal tabu untuk dibicarakan. Tidak banyak orang yang mau mencari solusinya. Padahal disfungsi ereksi bisa diobati, salah satunya menggunakan sildenafil.
Disfungsi ereksi (DE) secara klinis diartikan sebagai ketidakmampuan mencapai atau mempertahankan ereksi penis untuk memperoleh hubungan seks yang memuaskan.
Studi di Indonesia tahun 2020 menyatakan rata-rata ada 35,6% penderita disfungsi ereksi untuk semua kelompok umur (>20 tahun).
Dr. Dyandra Parikesit, BMedSc, SpU, dari RS Universitas Indonesia, menjelaskan disfungsi ereksi disebabkan oleh banyak hal, bisa akibat gangguan pembuluh darah, saraf, hormonal atau psikis. Juga mungkin disebabkan oleh penyakit pada penis atau trauma. Beberapa kasus tidak diketahui penyebabnya.
“Ereksi normal membutuhkan gabungan unsur psikis, saraf, pembuluh darah yang sehat dan jaringan ereksi yang baik. Apapun yang mempengaruhi 3 faktor ini dapat mempengaruhi ereksi,” terang dr. Dyandra, dalam Seminar Kefarmasian Erectile Dysfunction, Symptoms, Diagnosis & Treatment, Kamis (8/7/2021).
Usia menjadi penyebab terbanyak kejadian disfungsi ereksi. Prevalensi DE tercatat 47% pada usia >55 tahun, naik hingga 78% di kelompok usia > 75 tahun. Bila seseorang menderita diabetes atau hipertensi risikonya mengalami disfungsi ereksi adalah 50% dan 34%.
Melemaskan otot polos di penis
Di awal pemeriksaan, dokter akan menilai tingkat keparahan DE, apakah ringan, sedang, atau berat. Selanjutnya dilakukan serangkaian pemeriksaan. Mulai dari wawancara, pemeriksaan fisik, dan berbagai tes, untuk menilai apakah DE mengarah ke psikologis atau organik (fisik).
Berkonsultasi dengan seksolog atau psikolog bisa membantu karena pada sebagian besar kasus DE disebabkan oleh tekanan psikis dan stres.
Modifikasi gaya hidup, seperti menormalkan gula darah, tekanan darah, atau mengurangi berat badan dan olahraga merupakan terapi non medis pertama untuk mengatasi gangguan ereksi.
Jika terapi itu tidak berhasil, dokter akan meresepkan obat lini pertama, yakni penghambat PDE-5 (PDE-5 inhibitor). Ada empat macam obat penghambat PDE-5, yakni sildenafil sitrat, vardenafil, tadalafil dan avanafil.
Untuk mencapai ereksi pembuluh darah/otot polos di penis harus rileks, agar bisa mengembang. Ini terjadi jika jumlah kalsium di sel otot turun. Obat penghambat PDE-5 diberikan untuk menurunkan kadar kalsium di sel otot.
Sildenafil sitrat memicu terjadi relaksasi otot dan pembuluh darah di penis, meningkatkan aliran darah ke penis dan menurunkan aliran darah keluar dari penis.
“Tetapi penghambat PDE-5 tetap membutuhkan rangsangan seksual untuk memfasilitasi ereksi,” tegas dr. Dyandra.
Dalam kesempatan sama, apt. Rony Syamson, S.Farm, dari DKT Indonesia menjelaskan, obat yang mengandung sildenafil sitrat dianjurkan diminum satu jam sebelum berhubungan seks, sebelum makan atau jeda dengan waktu makan 2 jam.
“Efeknya bertahan dalam 4-6 jam,” katanya.
Rony menambahkan dalam studi pemberian 100 mg sildenafil sitrat tidak menyebabkan perubahan tekanan darah, denyut nadi, gula darah, dll. Semuanya masih dalam batas normal.
Efek samping sildenafil tergolong ringan seperti sakit kepala, hindung tersumbat, penglihatan terganggu, dispepsia dan diare. (jie)
________________________________________________________
Ilustrasi: People photo created by jcomp - www.freepik.com