Peneliti memperkirakan berkaca dari tsunami corona di India yang lalu, penyebaran varian Delta yang tak terbendung menyebabkan penularan pada anak-anak melonjak tinggi tinggi.
Kemungkinan adanya gelombang ketiga, karena varian Delta yang gagal dibendung, akan mempengaruhi anak-anak secara proporsional. Ini dijelaskan pada studi seroprevalensi yang dilakukan pada anak-anak usia 2-17 tahun dari 15 Maret – 10 Juni 2021 oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan All India Institute of Medical Sciences (AIIMS).
Temuan hasil studi ini adalah 55,7% anak usia <18 tahun berpotensi terpapar COVID-19. Angka tersebut tidak berbeda jauh dengan 63,5% pada kelompok dewasa (18 tahun ke atas).
“Tingkat sero-positif SARS-CoV-2 pada anak-anak tinggi, dan sebanding dengan populasi orang dewasa. Oleh karena itu, tidak mungkin gelombang ketiga di masa depan oleh varian COVID-19 yang belaku tidak mempengaruhi anak-anak usia dua tahun atau lebih secara proporsional,” kata studi yang diterbitkan di medRxiv.
Dilansir dari Times of India, riset ini dilakukan di lima negara bagian India, dengan total sampel hingga 10.000. Data dari 4.500 partisipan di empat negara bagian diambil untuk analisis tengah semester, sedangkan hasil riset yang lebih banyak kemungkinan akan lengkap dalam dua-tiga bulan ke depan.
Temuan studi menunjukkan bahwa terlepas dari kelompok usia, lokasi pedesaan memiliki sero-positif yang lebih rendah dibanding perkotaan. Di daerah pedesaan, anak-anak memiliki sero-positif yang lebih rendah dibandingkan orang dewasa.
“Namun, perbedaan prevalensi ini tidak terjadi di lokasi perkotaan,” tulis peneliti.
Berpotensi terpapar walau sudah vaksin
Riset AIIMS ini juga menunjukkan bahwa varian Delta mampu menginfeksi orang-orang yang sudah divaksin lengkap.
Pada 18 Juni lalu, Kepala Ilmuwan WHO Soumya Swaminathan mengatakan, “Varian Delta sedang dalam proses menjadi varian dominan secara global karena transmisibilitasnya meningkat secara signifikan.”
Paparan pada anak-anak diamati dengan teliti di India. Diperkirakan meningkat tajam pada gelombang ketiga, berkaca pada kejadian gelombang kedua yang didominasi varian Delta lebih dari dua kali lipat dari gelombang pertama.
Melansir CNBC TV, Dr VK Paul, kepala dari the National Expert Committee on Vaccine Administration mengatakan kemungkinan virus corona berubah ‘perilakunya’ di masa depan tidak bisa ditolak.
Sementara gelombang pertama lebih banyak mengenai lansia, gelombang kedua lebih banyak pada populasi yang lebih muda, dan dampak COVID-19 bisa meningkat pada anak-anak, tambah Dr. Paul.
Sebuah studi oleh Imperial College London menunjukkan ada peningkatan lima kali lipat dalam tes positif COVID-19 di antara anak-anak 5 - 12 tahun, dan orang dewasa 18 - 24 tahun, daripada pada mereka yang berusia 65 tahun atau lebih.
Dikatakan juga bahwa orang < 50 tahun 2,5 kali lebih mungkin terinfeksi daripada lansia, meskipun para peneliti mencatat: "Infeksi tampaknya tumbuh pada tingkat yang sebanding di kedua kelompok usia." (jie)