Sebulan lalu tepatnya Senin, (8/3/2021), sebanyak 1,1 juta dosis vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta, Tangerang. Ini adalah batch pertama vaksin COVID-19 yang diterima Indonesia dari skema multilateral COVAX Facility. Sebenarnya, apa itu COVAX Facility?
COVAX (COVID-19 Vaccines Global Access) Facility adalah solidaritas global yang diinisiasi untuk mengatasi pandemic COVID-19. Fasilitas ini dibentuk atas kerjasama banyak sekali pihak: peneliti, donor, lembaga internasional, filantropi, hingga badan khusus PBB; dipimpin oleh Aliansi Global untuk Vaksin dan Imunisasi (GAVI), WHO, dan Koalisi untuk Inovasi Persiapan Epidemi (CEPI). “Targetnya yakni menghentikan fase akut pandemi COVID-19 pada akhir 2021, serta menjamin akses yang adil dan merata untuk semua negara yang berpartisipasi dalam COVAX Facility,” terang Rizky Ika Syafritri, Communication for Development Specialist UNICEF.
Pertanyaannya kini tak lagi sebatas apa itu COVAX Facility. Lebih jauh lagi, apa manfaatnya bagi Indonesia? Sekadar informasi, COVAX Facility fokus ke transparansi, akses global vaksin, dan penanganan pandemi. “COVAX Facility memfasilitasi akses pembelian vaksin dalam jumlah besar, untuk negara-negara anggota,” terang Rizky, dalam diskusi daring bersama AstraZeneca, Senin (29/3/2021). Ini menjadi sangat penting, mengingat permintaan akan vaksin COVID-19 sangat tinggi di seluruh dunia. Negara dengan kemampuan ekonomi terbatas, tentu akan kalah bersaing dengan negara-negara kaya.
Total ada 182 anggota yang bergabung dalam COVAX Facility. Termasuk di antaranya 61 negara yang memenuhi biayanya sendiri (tidak disubsidi), dan 92 negara AMC (Advance Market Commitment) atau negara yang mendapat bantuan subsidi. Indonesia termasuk satu dari 92 negara AMC.
Menariknya, tidak ada biaya yang dibebankan kepada pemerintah Indonesia melalui skema COVAX Facility. “Awalnya memang bentuknya subsidi, di mana negara membeli vaksin sengan harga yang sangat rendah. Namun ternyata banyak donor, dan akhirnya COVAX Facility bisa memberi vaksin secara gratis, hingga vaksin tiba di negara tujuan,” tutur Rizky.
Jaminan 20% vaksin
COVAX Facility mengamankan 20% vaksin dari total populasi tiap negara anggotanya. Vaksin yang diamankan oleh COVAX Facility berasal dari berbagai merk, karena tidak ada satu pun perusahaan yang akan mampu memenuhi kebutuhan global. Di Indonesia misalnya, vaksin pertama yang kita terima melalui COVAX Facility yakni yang diproduksi AstraZeneca.
Jaminan 20% vaksin dari total populasi tidaklah diberikan untuk sembarang kelompok. “WHO telah membuat perhitungan rata-rata. Dari 20% itu, 3% adalah tenaga kesehatan, dan 17% kelompok risiko tinggi misalnya lansia, orang dengan komorbid, dan sebagainya,” jelas Rizky. Tujuannya tidak lain untuk melindungi kesehatan publik, serta meminimalkan dampak sosial dan ekonomi, dengan menurunkan insiden COVID-19 secara tepat sasaran.
Tentu, Indonesia juga melakukan kerjasama bilateral dengan produsen vaksin secara langsung, misalnya dengan Sinovac asal Tiongkok, yang sudah berjalan sejak awal. Kerjasama multilateral melalui COVAX Facility membantu mempercepat dan meningkatkan ketersediaan vaksin di dalam negeri. Setidaknya, 20% vaksin dari total populasi untuk tenaga kesehatan dan kelompok risiko tinggi, sudah diamankan.
Selain vaksin, COVAX Facility juga berupaya meningkatkan akses yang sama terhadap berbagai alat diagnosis maupun obat-obatan untuk COVID-19. “Lagi-lagi tujuannya agar semua negara, tanpa memandang kemampuan ekonominya, punya akses yang sama. Jadi no one left behind,” tandas Rizky.
Jadi rasanya, tak perlu lagi memandang dengan curiga apa itu COVAX Facility. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Youtube Sekretariat Presiden