Batuk adalah mekanisme pertahanan paru untuk mengeluarkan benda asing dari saluran napas. Pada kondisi tertentu, batuk kering menjadi penanda adanya penyakit.
Refleks batuk kering bersumber dari otak, sebagai upaya untuk menghilangkan iritasi pada tenggorokan. Lingkungan yang kering, polusi, atau perubahan cuaca sering menyebabkan batuk kering. Pada kasus tertentu, batuk kering dapat berubah menjadi batuk berdahak.
Dr. Sita Andarini, Sp.P, Ph.D dari RS Persahabatan, Jakarta, menyatakan batuk kering adalah batuk tanpa dahak, hingga sering disebut sebagai batuk nonproduktif. Batuk keri ng juga bisa merupakan gejala penyakit seperti sakit jantung, saluran cerna dan kejiwaan.
Batuk karena flu membuat tenggorokan meradang. Otak mengira inflamasi ini sebagai benda asing dan berusaha menghilangkan, dengan cara batuk. Batuk kering bisa terjadi karena mengonsumsi obat tertentu, misalnya aspirin dan obat antihipertensi (darah tinggi) dan/atau kardiovaskuler seperti ACE inhibitor dan beta-blocker. Umumnya, batuk memburuk di malam hari, dan pada posisi tidur telentang. Jika pengobatan dihentikan, batuk akan hilang dalam 2 minggu sampai beberapa bulan. Masih belum diketahui, bagaimana obat-obatan ini memicu batuk.
“Batuk bisa disebabkan oleh kondisi yang mengancam jiwa, bisa juga tidak,” ujar dr. Sita.
Batuk karena pneumonia, asma berat, serangan PPOK (penyakit paru obstruktif kronik) berat, kondisi gagal jantung, atau penyakit lain seperti emboli paru, dapat mengancam jiwa.
”Pada kondisi ini, biasanya disertai gejala lain seperti sesak napas, demam, nyeri dada, atau batuk darah,” tambahnya. Pada anak, batuk bisa juga karena difteria.
Batuk yang diderita lansia (lanjut usia), terutama saat berbaring atau tidur dan reda ketika bangun, bisa jadi gejala gagal jantung akibat jantung membesar. Batuk juga bisa merupakan manifestasi dari kanker paru atau kanker lain yang menyebar ke paru. (nid-jie)
Baca Juga :Batuk Kering Penanda Asma