Setelah negara-negara Uni Eropa menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca akibat kekhawatiran memicu penggumpalan darah, WHO menjawab keraguan banyak negara: vaksin ini tetap aman digunakan.
Di kantor pusatnya, di Genewa, Swiss, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan tidak ada alasan untuk menghentikan penggunaan vaksin COVID-19 produksi AstraZeneca/Oxford.
Dalam pemeriksaan komite penasehat vaksin WHO, berdasarkan data-data yang masuk, tidak ada hubungan sebab akibat yang ditetapkan antara vaksin AstraZeneca dengan pembekuan/penggumpalan darah.
“Ya, kita bisa tetap menggunakan vaksin AstraZeneca,” ujar juru bicara WHO Margaret Harris, dilansir dari AFP, dengan menekankan bila kekhawatiran tentang keamanan vaksin tetap harus diselidiki.
Hingga saat ini setidaknya 11 negara Eropa, termasuk Jerman, Perancis, Irlandia, Norwegia, Denmark dan Belanda, telah menangguhkan penggunaan vaksin AstraZeneca akibat issue adanya penggumpalan darah, dan salah satunya menyebabkan kematian pada wanita berusia 60 tahun di Denmark.
AstraZeneca membantah
Dalam keterangan pers yang diterima OTC Digest, pihak AstraZeneca membantah kabar miring tentang vaksin yang mereka produksi bersama Universitas Oxford, menyebabkan penggumpalan darah (trombotik).
“Tinjauan terhadap data pada lebih dari 17 juta orang yang divaksinasi di Uni Eropa dan Inggris dengan vaksin AstraZeneca tidak menunjukkan bukti peningkatan risiko emboli paru, trombosis vena dalam (DVT) atau trombositopenia, dalam kelompok usia, jenis kelamin, kelompok tertentu ataupun di negara tertentu,” tulis AstraZeneca.
Sejauh ini di seluruh Uni Eropa dan Inggris, terdapat 15 kejadian DVT (deep vein thrombosis) dan 22 kejadian emboli paru yang dilaporkan di antara mereka yang diberi vaksin, berdasarkan jumlah kasus yang telah diterima oleh AstraZeneca pada 8 Maret 2021.
Angka tersebut jauh lebih rendah dibandingkan dengan kejadian di masyarakat umum dan kurang lebih sama dengan vaksin COVID-19 lainnya yang telah mendapatkan persetujuan izin edar.
Lebih lanjut, dalam uji klinis, meskipun angka kejadian trombotik kecil, jumlah kejadian ini lebih rendah pada kelompok yang divaksinasi. Selain itu tidak ada bukti peningkatan perdarahan di lebih dari 60.000 peserta yang ikut serta dalam uji klinis.
Ann Taylor, Chief Medical Officer AstraZeneca, mengatakan, “Sekitar 17 juta orang di UE dan Inggris telah menerima vaksin kami, dan jumlah kasus pembekuan darah yang dilaporkan dalam kelompok ini lebih rendah daripada ratusan kasus yang diperkirakan terjadi pada masyarakat umum.
“Pandemi ini telah meningkatkan perhatian dalam kasus individu dan kami akan melakukan upaya lebih dibanding praktik standar dalam memantau keamanan obat- obatan yang diedarkan tekait dengan pelaporan kejadian akibat vaksin, untuk memastikan keamanan publik."
Dalam hal kualitas, AstraZeneca mengklaim tidak ada masalah yang dikonfirmasi terkait dengan batch vaksin yang digunakan di seluruh dunia. Pengujian tambahan sedang dilakukan oleh tim AstraZeneca, dan juga secara independen oleh otoritas kesehatan Eropa.
“Tidak satu pun dari tes ulang ini yang menunjukkan kekhawatiran,” ujar mereka, sembari menyatakan AstraZeneca akan terus mengkaji masalah ini dengan ketat, walaupun bukti yang tersedia tidak mengkonfirmasi bahwa vaksin adalah penyebabnya. (jie)