Kementerian Kesehatan menyatakan 10,7% kasus COVID-19 di Indonesia adalah pada lansia, atau mereka yang berusia 60 tahun ke atas. Bahkan kelompok usia ini mencatat 48,8% kasus meninggal dunia akibat COVID-19, dan menjadi kelompok usia dengan jumlah kasus meninggal dunia terbesar dibandingkan kelompok usia lainnya.
Berdasakan sensus penduduk tahun 2020, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat dari total penduduk 270,20 juta jiwa, 9,78% adalah populasi lansia. Dari total 37.154 pasien COVID-19 yang meninggal di Indonesia hingga 6 Maret 2021, sebanyak 18.131 adalah lansia.
Artinya lansia memerlukan perhatian khusus agar terlindung dari berbagai risiko COVID-19. Salah satunya dengan mempersiapkan nutrisi harian lansia sebelum mendapatkan vaksinasi.
Persiapan nutrisi dianggap penting karena adanya kondisi disfungsi imunitas karena usia (immunosenescence) yang dialami lansia. Jika tidak ditanggulangi, kondisi ini menyebabkan manfaat vaksinasi pada lansia tidak maksimal.
Prof. Dr. dr. Siti Setiati, SpPD-KGer, Ketua Perhimpunan Gerontologi Medik Indonesia (PERGEMI) menjelaskan adanya disfungsi imunitas berarti sudah terjadi peradangan kronis level rendah, akibat dari kombinasi penurunan imunitas tubuh, paparan terhadap antigen yang terus menerus, peningkatan produksi protein proinflamasi dan makrofag.
“Adanya penyakit penyerta atau komorbid juga meningkatkan terjadinya peradangan kronis. Akibatnya akan ada peningkatan risiko infeksi, serta penurunan respon terhadap imunisasi dan pengobatan,” terang Prof. Siti, dalam acara Health Talk yang diselenggarakan oleh Entrasol secara virtual, Minggu (7/3/2021).
Lebih jauh, Prof. Siti juga mengingatkan ada kondisi khusus yang memengaruhi keefektifan vaksinasi pada lansia. Yakni faktor intrinsik seperti usia dan jenis kelamin, serta faktor ekstrinsik yaitu penggunaan obat-obatan.
“Kebiasaan seperti merokok, lingkungan sekitar, serta kecukupan nutrisi lansia penting dalam keefektifan vaksin tersebut,” imbuhnya.
Terkait nutrisi, asupan energi (karbohidrat), protein, dan lemak (lemak sehat) penting untuk tulang, otot dan fungsionalitas. Untuk itu direkomendasikan agar energi minimal di atas 21kkal/kg BB, protein 1.0-1.5 g/kgBB/hari (25-30g) tiap kali makan.
“Suplementasi apabila perlu, tetapi tetap perlu dicek dengan dokter,” tegas Prof. Siti.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Muliaman Mansyur, Head of Medical KALBE Nutritionals mengatakan bahwa selain skrining riwayat penyakit dan kesiapan psikis, kondisi fisik juga diperlukan dalam persiapan sebelum, selama dan sesudah vaksin.
“Sepanjang proses ini, sebaiknya lansia mendapatkan asupan nutrisi yang seimbang dengan kandungan tinggi protein, vitamin dan mineral, khususnya vitamin C, D dan zinc. Jika lansia kurang protein, maka risiko malnutrisi dan sarcopenia (berkurangnya massa dan kekuatan otot) akan mudah terjadi. Selain itu imunitas yang terbentuk pascavaksinasi menjadi kurang optimal,” urai dr. Mulaiman.
Setelah divaksinasi pun, lansia memerlukan nutrisi memadai untuk menjaga imunitas, khususnya lansia yang masih aktif berkegiatan, baik secara profesional maupun secara sosial.
Nutrisi sangat penting untuk semua lansia baik yang tidak bisa atau bisa divaksin, dan yang belum atau sudah divaksin. Vitamin dan mineral terbukti memainkan banyak peran dalam mendukung fungsi kekebalan dan mengurangi risiko infeksi. (jie)