Di penghujung tahun 2020 alat deteksi COVID-19 melalui hembusan napas yang dikembangkan UGM mendapatkan izin edar. Kabar gembira ini diharapkan bisa memperbanyak deteksi atau tes COVID-19 di Indonesia.
Sebelumnya GeNose C19 - nama alat deteksi COVID-19 lewat hembusan napas yang dikembangkan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta - telah melalui uji kalibrasi (uji klinis tahap 1) pada 600 sampel napas di beberapa rumah sakit di Yogyakarta. Tingkat akurasi mencapai 97%.
Pada Oktober 2020 dilakukan uji diagnostik (uji klinis tahap 2) pada 1.600 orang di sembilan rumah sakit di Indonesia. Partisipan diambil dua kali sampel napas, sehingga total ada 3.200 sampel yang diperiksa. Sebagai pembanding juga dilakukan tes swab bersamaan dengan tes napas.
Baca : Seberapa Akurat Alat Deteksi COVID-19 Lewat Hembusan Napas Yang Dikembangkan UGM?
Kemudian yang terbaru, melansir laman UGM, Sabtu (26/12/2020), Ketua Tim Pengembang GeNose Prof. Dr. Eng Kuwat Triyana, MSi, mengatakan GeNose telah mengantongi izin edar dari Kementerian Kesehatan pada Kamis (24/12/2020).
“Alhamdulillah, berkat doa dan dukungan luar biasa dari banyak pihak GeNose C19 secara resmi mendapatkan izin edar (KEMENKES RI AKD 20401022883) untuk mulai dapat pengakuan oleh regulator, yakni Kemenkes, dalam membantu penanganan COVID-19 melalui skrining cepat,” kata Prof. Kuwat.
Tim pengembang juga akan melakukan penyerahan GeNose hasil produksi massal batch pertama yang didanai BIN dan Kemenrisek/BRIN untuk didistribusikan. Batch pertama ini diproduksi 100 unit.
Diharapkan batch pertama alat deteksi COVID-19 produks UGM ini bisa melakukan 120 tes per alat atau hingga 12 ribu orang dalam sehari.
“Angka 120 tes per alat itu dari estimasi bahwa setiap tes membutuhkan 3 menit, termasuk pengambilan napas, sehingga satu jam dapat mentes 20 orang dan bila efektif alat bekerja selama 6 jam,” Prof. Kuwat menambahkan.
Rencananya hingga Februari 2021 akan diproduksi 10 ribu unit GeNose, sehingga pengetesan COVID-19 bisa melonjak menjadi 1,2 juta orang per hari.
Biaya tes yang harus dibayarkan dengan alat GeNose ini sekitar Rp 15.000 – Rp 25.000. Hasil diperoleh sangat cepat karena tidak memerlukan reagen atau bahan kimia lainnya. Selain itu, pengambilan sampel tes berupa hembusan napas juga dirasakan lebih nyaman, dibanding tes usap atau swab.
Prioritas utama tes menggunakan alat ini dilakukan di bandara, stasiun kereta, dan tempat keramaian lainnya, termasuk rumah sakit. Pada tahap ini belum dimungkinkan pengadaan GeNose untuk keperluan pribadi. Satu unit GeNose diperkirakan dijual sekitar Rp 40 juta.
Cara kerja GeNose
GeNose bekerja secara cepat mendeteksi volatile organic compound (VOC) yang terbentuk oleh infeksi COVID-19 yang keluar bersama hembusan napas seseorang.
Orang yang diperiksa menggunakan GeNose ini cukup meniup sebuah kantung. Hembusan napas akan diindera melalui 10 sensor.
Hasil pembacaan sensor berupa pola-pola gelombang elektrik yang kemudian diterjemahkan oleh lima macam software kecerdasan buatan (Artificial Intelligence). Pola yang terbentuk dari hembusan napas seorang yang terinfeksi COVID-19 akan berbeda dengan pola hembusan napas orang sehat.
Sekitar satu menit kemudian, layar laptop akan menunjukkan hasil pembacaan mesin GeNose, berupa kode yang mengindikasikan positif atau negatif COVID-19.
Alat ini menjadi yang pertama terhubung dengan cloud computing untuk mendapatkan hasi diagnosis secara real time. (jie)