Menjelang libur panjang akhir tahun kasus COVID-19 di Indonesia terus bertambah, bahkan di minggu ini terjadi peningkatan kasus positif hingga 3% dibanding minggu kemarin. Kapasitas tempat tidur rumah sakit yang menangani pasien COVID-19 pun semakin gawat, keterisiannya lebih dari 80%.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito mengatakan sejumlah daerah mengalami bed occupancy rate (BOR) atau tingkat keterisian rumah sakit lebih dari 80%, jauh dari standar WHO di kisaran 50%.
“Kondisi keterisian rumah sakit untuk COVID-19 di beberapa daerah pada saat ini bahkan sudah mencapai 80%," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Selasa (22/12/2020).
Apabila rumah sakit darurat sudah mulai penuh maka pasien OTG (Orang Tanpa Gejala) dapat melakukan isolasi di fasilitas-fasilitas isolasi yang sudah ditentukan oleh pemerintah pusat maupun daerah secara mandiri seperti hotel, yang sudah mendapat izin resmi dari Satgas daerah setempat, imbuhnya.
Prof. Wiku juga meminta pemerintah daerah yang rumah sakit darurat COVID-19-nya sudah mulai penuh, bisa langsung berkoordinasi dengan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan TNI. Koordinasi itu dilakukan dalam kaitan untuk memperbanyak fasilitas isolasi mandiri.
Semakin penuhnya rumah sakit rujukan COVID-19 di Indonesia disebabkan karena kasus aktif virus corona terus meningkat hingga menembus 105.146 orang, per Selasa (22/12/2020).
Kepatuhan protokol kesehatan saat liburan
Sementara itu dr. Sonny Harry B Harmadi, Ketua Bidang Perubahan Perilaku Satgas Penanganan COVID-19 menyesalkan karena seolah-olah masyarakat memandang pandemi sudah berakhir, padahal penularan masih tinggi.
“Positivity rate kita minggu ini diangka 18%. Ini sebetulnya menjadi sebuah alarm,” katanya dalam talkshow yang disiarkan di kanal YouTube BNPB, Rabu (23/12/2020).
Menghadapi libur panjang akhir tahun, dr. Sonny mengingatkan untuk sebisa mungkin masyarakat membatasi mobilitas. Belajar dari libur panjang yang lalu, selalu terjadi peningkatan kasus positif COVID-19 setelah liburan.
Data menyebutkan dua minggu setelah libur Idul Fitri (Mei) kasus naik 69-93%. Pada libur perayaan HUT RI (Agustus) ada kenaikan kasus 58-118%, dan di libur Oktober peningkatan kasus antara 17-22%.
“Kami mengamati setiap libur panjang terjadi penurunan kepatuhan protokol kesehatan. Bahkan mulai libur Oktober lalu kepatuhan memakai masker turun terus,” terang dr. Sonny.
Ia menambahkan, saat berlibur, terutama dalam perjalanan, perlu menyiapkan masker cadangan secukupnya dan hindari kerumunan.
“Kadang saat bepergian harus makan dan membuka masker. Di tempat yang tertutup dalam moda transportasi, membuka masker dan berbicara berpotensi untuk menularkan,” tandas dr. Sonny. (jie)