Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil pernah berujar, Indonesia khususnya Jawa Barat adalah tanah paling subur di dunia. Ironisnya, prevalensi stunting di Jawa Barat mencapai 29,2%, mendekati angka nasional 30,8% (Riset Kesehatan Dasar 2018). Jumlah penderita kurang gizi di provinsi ini pun cukup memprihatinkan: 15,1%.
Menurut Sekretaris Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat dr. Siska Gerfianti, MH.Kes, Sp.DLP, kondisi ini tidak melulu disebabkan oleh faktor ekonomi. “Faktor perilaku dan kebiasaan juga berperan besar dalam permasalahan gizi dan stunting di Jawa Barat,” ujarnya dalam siaran pers dari Indonesia SIAP, yang diterima OTC Digest.
Perilaku yang bisa memicu stunting di Jawa Barat misalnya pola makan dan pola asuh yang kurang baik, hingga sanitasi yang buruk. Hal-hal inilah yang hendak diintervensi. “Selain itu juga pendampingan kesehatan ibu hamil dan bayi baru lahir, pemantauan tumbuh kembang anak, dan pemberian tablet penambah darah kepada remaja, khususnya remaja putri,” tutur dr. Siska.
Perbaikan pola makan, kunci penting menekan stunting di Jawa Barat
Stunting tak ubahnya lingkaran setan. Bayi usia 6 bulan (usia MPASI) hingga 2 tahun sangat membutuhkan protein hewani, untuk menunjang tumbuh kembang otak dan tubuhnya. Protein hewani mutlak dibutuhkan karena mengandung 9 asam amino esensial lengkap. Kekurangan protein hewani dalam 1000 HPK (hari pertama kehidupan) berpotensi memicu terjadinya stunting.
Tak hanya protein, anak juga membutuhkan karbohidrat, lemak, serta sayur sebagai sumber serat, vitamin dan mineral. Untuk memutus mata rantai stunting, kebiasaan pola makan sesuai prinsip gizi seimbang harus dibentuk sejak dini. Sebabnya, pola makan saat kanak-kanak akan terbawa hingga anak remaja, dewasa, lalu menjadi orang tua. Bila mereka memiliki pola makan yang buruk sejak awal, sangat mungkin mereka akan menerapkan pola makan ini ke anak mereka, sehingga lingkaran stunting terus berlanjut.
Anak perempuan perlu perhatian lebih karena status gizi mereka saat hamil akan memengaruhi kesehatan anak yang dilahirkannya. Hal ini disampaikan oleh Dr. dr. Lucy Widasari, M.Si dari PERGIZI PANGAN Indonesia. “Berbagai studi menunjukkan, pemenuhan gizi bagi perempuan sejak masa prakonsepsi dapat berdampak positif bagi kesehatan ibu dan anak kelak,” ujarnya.
Ia sangat menyayangkan, prevalensi anemia pada ibu hamil di Indonesia masih saja tinggi, bahkan naik dari 37,1% pada 2013 menjadi sebesar 48,9% pada 2018. Pemberian tablet penambah darah uttuk remaja putri adalah salah satu upaya untuk mencegah anemia di masa kehamilan. “Asupan gizi seimbang dan beragam termasuk protein hewani dibutuhkan oleh Wanita Usia Subur (WUS) dan calon ibu, baik sebelum maupun di masa kehamilan untuk mencegah anak stunting,” tegas Dr. dr. Lucy.
Protein hewani tak harus mahal
Pandemi memang membuat situasi serba sulit. Bagi sebagian orang, membeli protein hewani berkualitas mungkin sulit karena memang relatif lebih mahal. Namun bagaimanapun juga, perlu diupayakan agar anak-anak tetap mendapat protein hewani.
Protein hewani berkualitas tak harus mahahl. Banyak sekali sumber protein hewani yang lebih terjangkau; tak harus ayam atau daging. Telur dan ikan air tawar seperti lele dan ikan mas pun tak kalah baiknya sebagai sumber protein.
Berikanlah ASI eksklusif untuk bayi usia 0 – bulan. Untuk ibu hamil dan anak-anak usia 1 tahun ke atas, susu bisa menjadi salah satu sumber protein hewani. “Susu mengandung asam amino lengkap, serta diperkaya asam lemak dan berbagai vitamin dan mineral seperti asam folat, vitamin A, vitamin D, vitamin B kompleks, zinc, dan zat besi, yang penting untuk menunjang kebutuhan nutrisi ibu hamil dan tumbuh kembang anak,” papar Ketua Umum PERGIZI PANGAN Indonesia Prof. Hardinsyah, MS. Asam folat penting untuk pembentukan sel darah merah dan sel-sel tubuh, sehingga bermanfaat untuk mencegah anemia yang kerap muncul pada ibu hamil dan anak-anak.
Lagi-lagi, susu pun tak harus mahal. Susu bubuk berkualitas dengan harga terjangkau, sama baiknya. Yang penting cermati kandungan nutrisi pada label gizi, dan nomor registrasi BPOM di kemasan. Kondisi stunting di Jawa Barat hendaknya menjadi refleksi bagi kita semua, sudahkah kita berupaya mencegah stunting sejak dini, dalam lingkungan keluarga sendiri? (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Food photo created by pressfoto - www.freepik.com