Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan sekitar 10% populasi dunia terinfeksi COVID-19, ini setara dengan 760 juta orang yang terkena penyakit ini. Tetapi hanya sekitar 35 juta kasus yang secara resmi tercatat akibat kurangnya tes. Rendahnya kasus yang tercatat mengindikasikan butuh peningkatan tes secara masif.
Sepuluh persen populasi dunia berarti satu dari 10 orang terinfeksi COVID-19. Dr. Michael J Ryan, direktur eksekutif Program Keadaan Darurat di WHO menyebutkan angka 10% tersebut sifatnya sangat bervariasi dari satu negara ke negara lain.
“Ini bervariasi tergantung negara, bervariasi dari perkotaan ke pedesaan, dan tergantung pada kelompok. Namun yang dimaksud adalah bahwa sebagian besar dunia tetap berisiko. Kita sekarang sedang menuju periode yang sulit. Penyakitnya terus menyebar,” katanya dalam pertemuan dewan eksekutif WHO, Senin (5/10/2020).
Perkiraan WHO menunjukkan bahwa 760 juta orang telah tertular penyakit tersebut, berdasarkan populasi global saat ini sekitar 7,6 miliar. Data juga menunjukkan COVID-19 membunuh sekitar 0,14 % pasien, menjadikannya lebih mematikan daripada flu musiman - yang memiliki tingkat kematian sekitar 0,1%.
Tetapi hanya 35 juta kasus yang secara resmi ditemukan di seluruh dunia melalui program pengetesan resmi. Jutaan infeksi terlewatkan selama gelombang pertama pandemi ketika negara-negara berjuang mengembangkan metode tes yang memadai.
Di Inggris, misalnya, rata-rata 9.000 orang dites positif terkena virus setiap hari saat ini, tetapi para ahli percaya bahwa jumlah yang sebenarnya lebih dari 100.000 di puncak pandemi gelombang pertama di bulan April. Tetapi Negara tersebut tidak dapat menguji orang dengan cukup cepat untuk menemukan / tahu bagaimana virus itu benar-benar menyebar.
Sementara 10% populasi atau 760 juta orang tampak seperti angka yang tinggi, Dr Ryan dan WHO mengingatkan itu tidak memberikan perlindungan apa pun melalui kekebalan, seperti konsep herd immunity (kekebalan kelompok).
Herd immunity dipahami di mana sebagian besar orang telah memiliki kekebalan terhadap infeksi tertentu. Semakin banyak yang terinfeksi kemudian sembuh, berarti semakin banyak orang yang kebal. Semakin sulit bagi penyakit tersebut untuk menyebar.
Dr. Ryan menambahkan, Asia Tenggara mengalami lonjakan kasus sementara Eropa dan Mediterania timur mengalami peningkatan kematian lagi. Situasi di Afrika dan Pasifik Barat 'agak lebih positif', tambahnya.
Pengetesan di dalam negeri masih rendah
Di dalam negeri, berdasarkan worldometers.info, per 6 Oktober 2020, Indonesia berada di urutan ke 22 kasus positif terbanyak (307.120 kasus), dengan total kematian hingga 11.253.
Indonesia juga tercatat baru mengadakan tes PCR kepada 3.515.165 orang, atau hanya 12,816 ribu per 1 juta penduduk. Angka tersebut njomplang dibanding Jerman – yang berada di peringkat 23 dengan total kasus positif COVID-19 sebanyak 304,657. Negara ini tercatat mampu melakukan pengetesan kepada 16.999.253 orang, atau 202,722 ribu per 1 juta penduduk.
Rendahnya angka tes Indonesia bahkan disorot WHO dan meminta agar pemerintah meningkatkan kapasitas laboratorium agar seluruh kasus suspek segera diuji. (jie)