Kasus COVID-19 di Indonesia terus bertambah. Menurut catatan Kementerian Kesehatan hingga Sabtu (5/9/2020) kasus aktif sebanyak 46.324 (23,9%), sementara rata-rata dunia berada di sekitar angka 25%. Ini berarti kasus aktif di Indonesia masih di bawah rata-rata dunia. Namun begitu sudah memukul para dokter dan tenaga kesehatan, mereka mengalami kelelahan mental.
Kemudian pada Minggu (6/9/2020) ada penambahan kasus harian 3.444, sehingga total kasus mencapai 194.109. Tetapi total kesembuhan tetap tinggi, sebanyak 138.575 kasus.
Juru Bicara Satgas Penanganan COVID-19 Prof. Wiku Adisasmito beberapa waktu lalu di Kantor Presiden, menjelaskan persentase kasus aktif sejak Maret hingga Agustus cenderung menurun.
"Dari Maret ke Agustus berangsur menurun. Pada Maret, rata-rata kasus aktif di angka 91,26%, berlanjut menurun pada April menjadi 81,57%, Juni 57,25%, Juli 44,02% sampai Agustus kasus aktif di Indonesia menurun jadi 23,64%," paparnya.
Perbaikan juga terlihat dari banyaknya kasus sembuh per bulannya. Jumlah pasien sembuh dilihat pada 6 September sebanyak 138.575 kasus. Ini terjadi kenaikan yang sangat pesat dari Maret – Agustus; persentasenya lebih tinggi dari rata-rata dunia sebesar 70%.
Pada Maret, persentase kesembuhan rata-rata adalah 3,84%, naik signifikan pada April menjadi 9,79%, berlanjut pada Mei (21,97%), hingga per 30 Agustus 2020 tingkat kesembuhan mencapai 72,17%.
Sementara untuk kasus kematian, Prof. Wiku menyebut persentase jumlah kematian mencapai puncaknya pada bulan April, naik dua kali lipat menjadi 8,64% dari Maret (4,89%). Pada bulan-bulan berikutnya terjadi penurunan yakni 6,68% (Mei), berlanjut ke 5,56% (Juni) dan 4,47% di bulan Agustus.
"Meskipun persentase rata-rata kematian nasional mengalami perubahan positif, tetapi besarannya masih di atas rata-rata dunia (3,32%),” imbuhnya. “Ini yang harus kita perbaiki bersama dan bekerja keras agar rata-rata kematian secara nasional dapat ditekan hingga dibawah rata-rata dunia."
Sementara untuk tingkat positivity rate, Indonesia menunjukkan peningkatan setiap bulannya. Pada bulan Juni sebesar 11,71%, naik di Juli dan Agustus (masing-masing 14,29% dan 15,43%).
"Positivity rate di Indonesia pernah mencapai angka puncaknya pada 30 Agustus dengan 25,25%. Ini tantangan besar untuk menurunkan angka positivity rate agar sesuai standar aman yang direkomendasikan WHO sebesar 5%," jelasnya.
Dokter alami kelelahan mental
Di satu sisi kabar tidak sedap datang dari para tenaga kesehatan, mereka mengalami kelelahan mental atau burnout selama merawat pasien COVID-19.
Demikian kesimpulan dari survei yang dilakukan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) terhadap 1461 tenaga kesehatan (dokter, dokter spesialis, dokter gigi, dokter gigi spesialis, perawat, bidan, apoteker dan analis lab).
Peneliti mendapati 82% nakes mengalami kelelahan mental tingkat sedang, dan 1% tingkat berat, gejala rendah 17%.
Kelelahan mental merupakan sindroma psikologis akibat respos kronis (jangka panjang) terhadap sesuatu hal yang memicu stres / konflik.
Ada tiga karakteristik gejalanya yakni keletihan emosi, kehilangan empati, dan berkurangnya rasa pencapaian diri (reduce personal accomplishment).
Menurut ketua tim peneliti dari program studi MKK FKUI Dr. dr. Dewi S Soemarko, MS, SpOk kondisi kelelahan mental ini tidak hanya akibat kelelahan kerja, tetapi juga dikucilkan akibat stigma tenaga kerja kesehatan, kurangnya APD terutama di rumah sakit daerah.
Sebenarnya ini bisa dihindari bila kita sebisa mungkin jangan sampai terinfeksi virus corona, dengan menerapkan protokol kesehatan dengan bertanggungjawab. Sehingga tidak perlu harus dirawat oleh para dokter atau tenaga kesehatan lainnya. (jie)