Fibrilasi atrium merupakan kelainan jantung paling umum. Merupakan gangguan irama jantung yang berisiko tinggi mengakibatkan stroke. Namun penelitian terbaru menyatakan olahraga intensitas sedang ternyata mampu mencegah fibrilasi atrium.
Menurut riset yang dipublikasikan Mei 2020 di The American Jounal of Cardiology, olahraga rutin dengan intensitas sedang bisa membantu mencegah fibrilasi atrium (FA).
Dalam riset-riset sebelumnya yang meneliti hubungan antara fibrilasi atrium dan olahraga memberikan hasil yang saling bertentangan. Tetapi sebagian besar penelitian-penelitian tersebut mengandalkan para peserta untuk melaporkan sendiri kebiasaan berolahraga mereka.
Sementara untuk studi baru ini, 5.147 peserta memakai perangkat pengukur tingkat aktivitas selama 4-7 hari berturut-turut. Rata-rata partisipan diikuti selama 3,5 tahun, dan selama periode tersebut sekitar 8% peserta menderita fibrilasi atrium.
Setelah dilakukan penyesuaian faktor-faktor yang bisa memicu FA, termasuk merokok, konsumsi alkohol dan berat badan, peneliti menemukan orang yang lebih sering melakukan olahraga intensitas sedang – bahkan berat – berisiko lebih kecil mengalami FA, dibanding mereka yang lebih jarang olahraga.
Temuan ini mungkin berasal dari fakta bahwa olahraga menurunkan tekanan darah – salah satu faktor risiko FA – dan juga mencegah perubahan fungsi jantung yang bisa memicu masalah irama jantung.
Gangguan irama jantung yang jumlahnya terus meningkat
Fibrilasi atrium merupakan gangguan irama jantung yang disebabkan oleh adanya impuls listrik yang tidak beraturan di serambi kiri yang memicu detak jantung.
Normalnya jantung berdenyut karena ada aliran listrik yang bersumber dari sinus (SA) node di serambi. Namun pada penderita FA terjadi kelainan, sumber listri menjadi banyak (bisa dari otot-otot jantung) yang jumlahnya bisa mencapai 450 – 500.
Hal ini memicu keluarnya impuls listrik yang tidak beraturan dan menyebabkan iregulasi irama jantung; bisa lebih cepat, lambat atau tidak teratur.
Karena banyak sumber listrik, darah di serambi kiri jantung mengalami stasis (berputar-putar dan melambat). Terjadinya gumpalan darah di kuping jantung (left atrial appendage).
Gumpalan darah ini sewaktu-waktu berisiko lepas, kemudian dipompa bersama aliran darah sampai ke otak. Akibatnya, menyumbat pembuluh darah otak. Terjadi stroke.
Menurut Prof. Dr. dr. Yoga Yuniadi, SpJP(K), Ketua Indonesia Heart Rhtyhm Society (InaHRS), “Sebagian besar FA karena penuaan. Tapi bisa menyerang orang usia muda.“
Prevalensi penderita FA meningkat, seiring bertambahnya usia. Pada mereka yang berusia 40-60 tahun, FA sekitar 0,2% dari total populasi, sedangkan >80 tahun mencapai 15-40%.
Framingham Heart Study yang melibatkan 5209 orang sehat (tidak menderita penyakit kardiovaskular) menunjukkan, dalam periode 20 tahun angka kejadian FA 2,1% pada laki-laki dan 1,7% pada perempuan.
Di Indonesia, jumlah usia lanjut meningkat dari 7,74% (tahun 2000-2005) menjadi 28,68% (perkiraan WHO tahun 2045-2050). Angka kejadian FA ikut meningkat. Data RS Jantung Harapan Kita, Jakarta, menunjukkan peningkatan dari 7,1% (2010), menjadi 9% (2011), 9,3% (2012) dan 9,8% (2013). (jie)
Baca juga : Mencegah Fibrilasi Atrium