Sudah berjalan enam bulan sejak dunia mengetahui adanya virus corona jenis baru, dan hampir empat bulan sejak Organisasi Kesehatan Dunia menyatakannya sebagai pandemi. Peneliti mulai menyadari hal tak biasa tentang virus corona sejak dimulainya pandemi.
Seiring terus bertambahnya kasus infeksi virus SARS-CoV-2 di seluruh dunia, pengetahuan tentang bagaimana ia menyebar, bagaimana mempengaruhi tubuh dan variasi gejala yang muncul juga semakin lengkap.
“Namun ada beberapa hal tidak biasa yang disebabkan oleh virus corona baru ini, yang para peneliti pelajari,” kata Sanjaya Senanayake, profesor penyakit menular di Australian National University.
Beberapa di antaranya adalah :
Mempengaruhi pembekuan darah
Banyak penyakit inflamasi, termasuk infeksi, berkaitan dengan peningkatan risiko pembekuan (terjadinya gumpalan) darah. Namun, COVID-19 lebih kuat terkait hal tersebut daripada banyak penyakit infeksi lainnya.
“Bila gumpalan darah cukup besar, ia bisa menyumbat aliran darah. Mengakibatkan bagian tubuh yang aliran darahnya terganggu kekurangan oksigen,” kata Prof. Senanayake.
Bila ini terjadi di pembuluh darah koroner yang mensuplai darah di jantung, imbuh Prof. Senanayake, bisa menyebabkan serangan jantung. Jika terjadi di paru akan mengakibatkan emboli paru. Di jantung menjadi stroke, yang bahkan terjadi pada pasien COVID-19 yang masih muda tanpa faktor risiko (penyakit) lainnya.
Sebuah penelitian –dipublikasikan di jurnal Thrombosis Research, Juli 2020 - menemukan 49% pasien mengembangkan pembekuan darah, biasanya menyumbat paru-paru. Riset lain menyatakan 20-30% dari pasien COVID-19 yang sangat kritis juga mengalami penggumpalan darah.
Hilangnya kemampuan penciuman
“Kita mengetahui bila COVID-19, seperti halnya infeksi virus lainnya, bisa menyebabkan anosmia, atau hilangnya kemampuan penciuman,” terang Prof. Senanayake.
Penelitian melihat anosmia terjadi pada sekitar 5% pasien COVID-19 yang dirawat di rumah sakit. Tetapi beberapa orang dengan gejala ringan menyatakan mendadak kehilangan fungsi penciumannya, sebelum perlahan pulih kembali.
Pilek akibat flu biasa juga mempengaruhi fungsi penciuman, tetapi COVID-19 berbeda. Penderita bisa kehilangan kemampuan penciuman tanpa harus pilek atau hidung mampet terlebih dulu.
Beberapa pasien COVID-19 yang kelihangan penciumannya juga dilaporkan mengalami penurunan, bahkan kehilangan indra perasa mereka.
Bisa memicu peradangan serius pada anak-anak
Para dokter di Eropa dan Inggris, yang menjumpai kasus COVID-19 anak dalam jumlah besar, telah memperhatikan kondisi peradangan yang tidak biasa (tetapi serius) pada anak-anak. Ini dikenal dengan ‘sindrom inflamasi multisistem pada anak-anak’ atau MIS-C.
Gejala yang tercatat bervariasi, tetapi biasanya berupa demam, ruam kulit dan gejala saluran cerna (muntah, nyeri perut dan diare).
Beberapa anak bahkan mengalami komplikasi di jantung. Gejala ini seperti yang muncul pada penyakit Kawasaki dan toxic shock syndrome.
Bisa menular dari manusia kembali ke hewan
Awalnya diketahui bila virus corona baru ini disebarkan dari hewan ke manusia, sebelum akhirnya dari manusia ke manusia. “Saat itu kami belum yakin bila virus ini bisa menular kembali ke hewan,” tukas Prof. Senanayake.
“Kita sekarang mengetahui bila manusia bisa menulari binatang peliharaan, seperti anjing, kucing, bahkan harimau.”
Di Belanda, ada wabah pada hewan di beberapa peternakan cerpelai. Para peneliti percaya seorang pekerja yang terinfeksi membawa virus corona ini ke peternakan. Cerpelai mengalami pneumonia, yang kemudian menyebar di antara hewan. (jie)
Baca juga : Ini yang Dokter Ketahui Tentang Efek Jangka Panjang COVID-19