Pandemi COVID-19 mau tidak mau berdampak pula pada terapi osteoporosis. Menyikapi hal ini, lima organisasi kesehatan membuat rekomendasi baru terapi osteoporosis selama pandemi COVID-19.
Rekomendasi ini antara lain dikeluarkan bersama oleh the American Society for Bone and Mineral Research (ASBMR), the European Calcified Tissue Society, dan the National Osteoporosis Foundation.
Salah satu rekomendasi adalah untuk memulai terapi osteoporosis dengan bifosfonat, tanpa penundaan terutama untuk pasien berisiko tinggi mengalami patah tulang. Pasien atau dokter memanfaatkan aplikasi telemedicine, termasuk yang telepon atau menggunakan video call.
Dilansir dari medscape.com, untuk pasien yang sudah mendapatkan terapi osteoporosis, seperti bifosfonat oral atau injeksi, denosumab, estrogen, raloxifene, atau abaloparatide, direkomendasikan tetap melanjutkan terapi bila memungkinkan.
“Tidak ada bukti bila terapi osteoporosis yang mana pun meningkatkan risiko atau keparahan infeksi COVID-19, atau mengubah jalur penyakit,” tulis rekomendasi terebut.
Namun mereka menambahkan, COVID-19 bisa meningkatkan risiko komplikasi penggumpalan darah (hiperkoagulabilitas), sehingga perlu kehati-hatian bila pasien diresepkan menggunakan estrogen atau raloxifene.
Sementara itu Ruban Dhaliwal, MD, MPH dalam Journal of Clinical Endocrinology and Metabolism menulis karena ada peningkatan risiko pembekuan darah yang berhubungan dengan COVID-19, “Lebih baik untuk menghentikan raloxifene, yang juga berhubungan dengan risiko tersebut.”
Terkait dengan anjuran social distancing saat ini, rekomendasi yang diberikan adalah menghindari pemeriksaan laboratorium sebelum pemberian terapi injeksi bifosfonat dan / atau denosumab, jika pemeriksaan laboratorium sebelumnya normal dan kesehatan pasien relatif stabil.
Evaluasi laboratorium bagaimanapun direkomendasikan, terutama untuk pasien dengan fungsi ginjal yang berfluktuasi dan pada mereka yang berisiko tinggi terkena hipokalsemia (kadar kalsium rendah).
Rekomendasi baru juga mencakup metode alternatif perawatan osteoporosis parenteral, termasuk pemberian obat di rumah, injeksi denosumab / romosozumab sendiri, dan pemberian layanan drive-through denosumab / romosozumab.
Untuk semua pasien yang terapinya terganggu akibat COVID-19, penulis merekomendasikan evaluasi secara berkala dengan tujuan untuk melanjutkan rencana terapi osteoporosis begitu situasi sudah memungkinkan.
Rekomendasi spesifik
Penulis memberikan rekomendasi spesifik tentang pemakaian obat-obat tertentu. Pasien dengan terapi denosumab yang tidak akan mendapat perawatan dalam 7 bulan setelah injeksi sebelumnya harus diganti dengan bifosfonat oral jika memungkinkan.
Sementara pada mereka dengan gangguan pencernaan, direkomendasikan memakai ibandronate bulanan atau risedronate. Untuk pasien gangguan ginjal kronis dianjurkan bisfosfonat oral dosis rendah.
Pada pasien osteoporosis yang mendapat obat teriparatide, abaloparatide atau romosozumab tetapi tidak bisa melanjutkan pengobatan, direkomendasikan untuk menunda terapi. Jika penundaan berlangsung beberapa bulan, mereka merekomendasikan terapi pengganti menggunakan bifosfonat oral. (jie)