Normalnya sunat termasuk tindakan medis yang tidak mendesak. Tetapi saat pandemi COVID-19 ini ada kondisi tertentu yang mengharuskan anak disunat. Agar lebih aman, disarankan melakukan sunat di rumah.
Sunat atau khitan merupakan salah satu tindakan bedah minor untuk menghilangkan / memotong sebagian kulit penutup (kulup) di kepala penis. Dalam bahasa medis tindakan ini disebut sirkumsisi (circumcision).
Menurut dr. Encep Wahyudan, praktisi khitan dari Rumah Sunat dr. Mahdian, Jakarta, normalnya sunat bisa dilakukan kapan saja, tergantung pada preferensi agama dan budaya. Atau karena kondisi medis tertentu.
Baca : Kapan Waktu Yang Tepat Untuk Sunat?
Dari sisi medis ada kondisi yang disebut penis fimosis yang membuat tindakan sunat perlu segera dilakukan. Fimosis merupakan keadaan di mana terdapat konstriksi / penyempitan di ujung kulit depan (foreskin) penis.
Fimosis biasanya merupakan faktor genetik (bawaan sejak lahir). Namun bisa pula akibat tidak menjaga kebersihan area penis, atau akibat penarikan kulup berulang secara paksa, sehingga timbul jaringan parut.
Fimosis dapat menetap dan fimosis berat dapat menyebabkan saluran kemih tertutup. Akibatnya, kulup tampak menggembung saat berkemih. Setelah tekanan dalam gelembung tinggi, barulah air seni ke luar.
“Karena air seni tidak bisa lancar keluar, bisa menyebabkan adanya endapan sisa cairan kemih. Ini berarti bakteri juga tertinggal di sana. Kalau dibiarkan bakteri menumpuk dan memicu infeksi saluran kemih,” terang dr. Encep dalam seminar online berjudul Sunat di Rumah di Era New Normal, pada Kamis (18/6/2020) lalu.
Fimosis, tambah dr. Encep, tidak hanya sebatas gangguan berkemih, pada bayi / anak-anak berisiko pula mengganggu tumbuh kembangnya. Berat badan susah naik, sering demam dan daya tahan tubuh lemah.
“Segera sunat, sehingga bakteri tidak menempel, mencegah infeksi saluran kemih, dan penis mudah dibersihkan,” tegasnya.
Bagaimana prosedur sunat di rumah?
Di masa pandemi COVID-19 ini lebih disarankan untuk sunat di rumah agar mengurangi risiko paparan virus corona. Untuk itu sangat disarankan untuk memilih / mencari klinik sunat atau rumah sakit yang memberikan layanan sunat di rumah.
Sebelumnya orangtua wajib menanyakan protokol pencegahan COVID-19 apa yang diterapkan klinik, atau syarat yang harus dipenuhi pasien.
Hal lain yang perlu orangtua lakukan adalah memberikan motivasi dan informasi yang tepat pada sang anak tentang sunat. Termasuk memberitahukan bila akan ada sedikit rasa sakit ketika proses bius.
Dalam kesempatan yang sama, dr. Dien Kurtanty, MKM, Manager Klinik Kimia Farma seluruh Indonesia, mengatakan, tim medis yang akan melakukan sunat di rumah pasien sudah dipastikan menerapkan protokol kesehatan pencegahan COVID-19, termasuk menggunakan alat pelindung diri (APD) lengkap, dan melakukan pengecekan suhu badan di rumah pasien.
Sebagai informasi, sunat di rumah menjadi salah satu layanan di klinik Kimia Farma yang bekerja sama dengan Rumah Sunat dr. Mahdian.
“Petugas akan berusaha secepat mungkin melakukan tindakan untuk mengurangi waktu kontak dengan pasien. Caranya dengan menggunakan metode sunat modern, seperti peralatan sirkumsisi sekali pakai, teknologi sunat tanpa jarum suntik, dan alat yang memungkinkan sunat cepat tanpa jahitan,” kata dr. Dien.
Ditambahkan oleh dr. Encep, terdapat tantangan tersendiri saat melakukan sunat di rumah. “Petugas akan datang ke rumah menggunakan APD lengkap sehingga mungkin menakutkan bagi anak-anak,” katanya.
“Sebelum mulai sunat kita akan ngobrol dulu dengan si anak dan keluarga, sehingga ia menjadi berani. Biasanya anak juga akan lebih nyaman karena sunat dilakukan di kamarnya sendiri.” (jie)