Tidak semua anak yang mengalami sindrom peradangan multisistem positif COVID-19, walau tes mereka menunjukkan antibodi terhadap virus corona. Berbeda dengan COVID-19, sindrom peradangan ini menyerang pembuluh darah jantung.
Laporan di negara-negara Eropa dan Amerika Serikat menyatakan banyak anak yang mengalami sidrom peradangan multisistem yang langka, yang tampaknya berhubungan dengan COVID-19.
Peringatan pertama sindrom ini dilaporkan beberapa minggu lalu, tetapi sekarang para ahli di seluruh dunia mewanti-wanti (mengingatkan) orangtua untuk mencari gejala sindrom peradangan multisitem (PMIS/ pediatric multysistem inflammatory syndrome) ini pada anak mereka.
Baca : Gejala Baru Infeksi COVID-19 Pada Anak: Sebabkan Peradangan Mirip Penyakit Kawasaki
Anak-anak yang mengalami PMIS menunjukkan respons imun yang menyerang pembuluh darah, menyebabkan reaksi peradangan yang mampu merusak jantung.
Walau jarang, CDC (Centers for Disease Control and Prevention) mencatat kasus PMIS dialami oleh 145 anak di AS, dan dihubungkan dengan COVID-19.
Apa itu sindrom peradangan multisistem?
COVID-19 adalah virus yang menyerang saluran napas, tetapi sindrom peradangan ini mempengaruhi pembuluh darah. Berbeda dengan COVID-19, penyakit peradangan ini tidak menular.
Memunculkan gejala mirip penyakit Kawasaki, yang utamanya menyebabkan peradangan di pembuluh darah dan toxic shock syndrome.
Gejalanya antara lain:
- Demam selama 5 hari atau lebih
- Nyeri perut, muntah dan diare
- Mata merah
- Ruam kulit
- Perubahan warna kulit, yang bisa menjadi pucat, bercak-bercak atau membiru
- Kesulitan untuk makan atau minum
- Sesak napas atau napas teralalu cepat
- Nyeri dada atau jantung berdebar kencang
- Kebingungan, lekas marah, dan lesu
Dr. Roberta DeBiasi, kepala bagian penyakit infeksi di Children’s National Hospital, Washington DC, Amerika Serikat, menjelaskan gejala-gejala berikut juga harus diwaspadai orangtua :
- Bengkak dan kemerahan di tangan atau kaki
- Bibir atau lidah berubah kemerahan atau pecah-pecah
- Pembesaran kelenjar getah bening di leher
Penyakit Kawasaki, toxic shock syndrome dan PMIS
Penyakit Kawasaki menyebabkan peradangan di pembuluh darah arteri dan bisa merusak jantung. Biasanya dialami anak berusia di bawah 5 tahun. Bisa diobati bila penyakit ini terdeteksi dini sebelum menyebabkan kerusakan jantung. Penyakit Kawasaki adalah penyebab paling umum penyakit jantung pada anak-anak.
Toxic shock syndrome diakibatkan oleh infeksi bakteri yang memiliki gejala mirip penyakit Kawasaki. Tetapi keduanya memiliki pengobatan yang berbeda.
Sementara PMIS, “Merupakan sindroma yang terjadi setelah infeksi, sehingga tidak menular,” terang Dr. Charles L. Schleien, pimpinan departemen pediatrik di Steven & Alexandra Cohen Children’s Medical Center, di New York. Ini juga berarti sindrom peradangan ini berkembang setelah infeksi COVID-19 selesai.
Hubungannya dengan COVID-19
“Ada hubungan yang kuat antara PMIS dengan COVID-19 dalam hal waktu maupun hubungan geografis,” kata Dr. Sam Dominguez, spesialis penyakit infeksi anak di Children’s Hospital Colorado, AS.
“Ada kemungkinan hubungan antara keduanya. Namun, ini adalah situasi yang baru dan terus berkembang. Kami terus memantau dan belajar lebih banyak tentangnya,” imbuh Dr. Dominguez.
Sebagian besar kasus sindroma peradangan multisistem berada di daerah dengan banyak kasus COVID-19.
Tidak diketahui jelas sebabnya
Sebelumnya, COVID-19 diketahui tidak menyebabkan infeksi berat pada anak-anak, dan lebih sedikit kasus COVID-19 pada anak-anak dibanding orang dewasa.
“Kami masih belum mengetahui benar kenapa anak-anak secara umum lebih tidak terinfeksi COVID-19 dibanding orang dewasa,” ujar dr. Schleien. “Juga belum jelas kenapa sindrom yang mirip penyakit Kawasaki ini muncul.”
Sebagian besar pasien anak COVID-19 mengalami infeksi ringan atau bahkan tidak bergejala. Pada kasus kecil (jarang) mereka membutuhkan perawatan di rumah sakit, atau meninggal.
Pada riset di jurnal Lancet yang diterbitkan 13 Mei 2020 mengatakan adanya klaster anak – terjadi di Inggris dan Italia – yang mengalami PMIS. Di Amerika Serikat, kasus anak dengan PMIS dilaporkan terjadi setidaknya di 17 negara bagian. Di New York City, 55 dari 100 kasus yang diidentifikasi adalah pada anak-anak yang dites positif COVID-19 atau memiliki antibodi virus corona.
Diagnosa dan terapi PMIS
Saat ini dokter mengombinasikan uji coba klinis dan penelitian laboratorium untuk mendiagnosa PMIS. Mereka mungkin juga melakukan tes radiologi.
“Sulit untuk mengatakan bila anak-anak menderita PMIS hanya dari gejala demam dan ruam kulit, karena banyak penyakit yang bisa menyebabkan demam atau ruam,” terang Dr. Lauren Henderson, ahli reumatologi di Boston Children’s Hospital.
Biasanya penderita sindrom peradangan ini akan mendapatkan suntikan immunoglobulin dan aspirin. “Steroid (antiradang) juga bisa digunakan,” tambah Dr. Audrey R. Odom John, kepala divisi penyakit infeksi anak di Children’s Hospital of Philadelphia, AS.
Pada kondisi tertentu, misalnya untuk mempertahankan tekanan darahnya, penderita PMIS kadang harus dirawat di ruang perawatan intensif. Banyak anak yang bisa pulang ke rumah (sehat) setelah perawatan. Tetapi bila luput terdiagnosa bisa menimbulkan masalah pada jangka panjang.
“Biasanya demam akan turun pada hari yang sama saat pengobatan dimulai, dan gangguan fungsi jantung membaik setelah beberapa hari,” kata Odom John.
Ini sebabnya penting untuk konsultasi ke dokter bila anak Anda mengalami gejala tersebut. Dan yang perlu dipahami adalah PMIS bisa diobati. (jie)