Apapun bentuk terapinya hanya sekitar 20% orang dengan gangguan mental kegelisahan yang bisa tetap baik selama 4 tahun ke depan. Demikian kesimpulan dari studi yang diterbitkan di Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry.
Peneliti dari UConn Health di University of Connecticut, AS, melihat sangat sedikit anak-anak yang mengalami gangguan kecemasan bisa mencapai kondisi tanpa gejala walau telah melakukan terapi pengobatan.
Golda Ginsburg, psikolog di UConn Health menyarankan melakukan pemeriksaan mental seraca rutin lebih baik daripada sistem pengobatan saat ini.
Dalam riset tersebut, Ginsburg dan timnya mengikuti 319 anak muda (usia 10-25 tahun) yang didiagnosa mengalami gangguan kecemasan umum, terpisah atau sosial di beberapa kota di Amerika Serikat (California, North Carolina, Maryland dan Pennsylvania).
Anak-anak muda tersebut mendapatkan obat standar seperti sertraline (Zoloft) atau terapi perilaku kognitif, atau kombinasi keduanya. Kemudian dilakukan pemeriksaan tindak lanjut (menilai tingkat kecemasan tetapi tidak memberikan obat) setiap tahun, selama empat tahun.
Ini adalah penelitian pertama yang menilai kembali remaja yang dirawat karena gangguan kecemasan setiap tahun, selama empat tahun.
Lewat pemeriksaan yang berkesinambungan peneliti dapat mengidentifikasi pasien-pasien yang kambuh, pulih dan kambuh kembali. Serta orang-orang yang tetap mengalami kecemasan dan pasien yang tetap sehat.
Peneliti menemukan bahwa 20% pasien sembuh setelah perawatan dan tetap sehat, tingkat kecemasan tergolong rendah dalam setiap sesi pemeriksaan tindak lanjut. Tetapi sekitar setengah dari total pasien mengalami kekambuhan setidaknya sekali, dan 30% mengalami kecemasan kronis yang memenuhi kriteria diagnostik sebagai gangguan kecemasan pada setiap pemeriksaan lanjutan.
Wanita lebih mungkin mengalami gangguan kecemasan kronis daripada laki-laki. Penyebabnya antara lain mengalami banyak peristiwa negatif dalam hidupnya, komunikasi dengan keluarga yang buruk, dan memiliki fobia sosial.
Sisi baiknya, riset tersebut menemukan bahwa orang-orang muda yang merespon pada terapi lebih mungkin untuk tetap sehat. Peneliti juga menemukan tidak ada perbedaan hasil dalam jangka panjang antara tipe-tipe terapi.
Itu berarti jika tidak ada terapis perilaku kognitif di lingkungan sekitar pasien, walau hanya dengan obat-obatan saja akan sama efektifnya.
Riset tersebut juga menemukan bahwa pasien anak-anak akan lebih baik bila keluarganya mendukung dan memiliki cara komunikasi yang positif. Ginsburg memiliki saran agar pasien yang masih anak-anak mendapat perawatan yang terbaik.
“Bicara dengan anak dan terapis Anda, dan ajukan pertanyaan : kenapa Anda merekomendasikan perawatan ini (harus didukung bukti)? Apakah terapis telah terlatih melakukan terapi perilaku kognitif? Bagaimana kami bisa menguatkan apa yang kamu pelajari dalam terapi minggu ini?,” katanya.
Tetapi juga perlu diketahui bahwa intervensi tunggal mungkin tidak cukup. “Jika kita bisa mendapatkannya (terapi kombinasi), bagaimana menjaga mereka tetap baik?” imbuh Ginsburg. “Kita membutuhkan model terapi yang berbeda untuk menjaga kesehatan mental, ini termasuk pemeriksaan rutin.” (jie)