Organisasi Young Survival Coalition (YSC) menyatakan, setiap tahun 70 juta orang Amerika usia 15-39 tahun didiagnosis kanker. Pada perempuan, bisa menyebabkan menopause dini karena pengobatan kanker yakni kemoterapi dan radioterapi bisa merusak indung telur (ovarium). Nah, sejak awal 2012, Indonesia mengembangkan teknik simpan beku cepat (vitrifikasi) untuk ovarium. Sebelum menjalani terapi kanker, ovarium “diawetkan”, lalu ditanam kembali setelah terapi selesai.
Menurut dr. Budi Wiweko, Sp.OG(K), dari Klinik Yasmin Kencana RS Cipto Mangunkusumo, Jakarta, ovarium adalah pabrik sel telur. Untuk menyelamatkan dari efek samping pengobatan kanker, ovarium disimpan (dibekukan) di suhu -196oC. “Pada suhu serendah ini, semua kehidupan terhenti,” ujarnya. Dengan demikian, kondisi ovarium tidak berubah. Dilihat dengan mikroskop, tidak ada perbedaan bentuk dan jumlah sel telur pada ovarium yang disimpan, sebelum dan sesudah pembekuan.
Dulu, proses dilakukan dengan pembekuan lambat dan dilakukan dengan mesin. Temperatur diturunkan secara bertahap. Kekurangannya, “Bisa terbentuk kristal es yang merusak jaringan.” Pada vitrifikasi, pembekuan dilakukan dengan nitrogen cair (cryopreservation). Pembekuan berlangsung cepat dan tanpa kerusakan. Metode ini jamak digunakan untuk membekukan sperma, embrio dan sel telur.
Simpan beku ovarium lebih efisien ketimbang menyimpan beku sel telur. “Ovarium bisa diangkat kapan saja, tanpa mempertimbangkan siklus haid dan bisa dilakukan pada gadis yang belum puber,” tutur dr. Iko, begitu ia disapa. Ovarium yang disimpan hanya sebelah. Sebelumnya, kualitas dan kondisi ovarium diperiksa. Ovarium dinilai baik jika melalui pemeriksaan USG, terlihat minimal 10 sel telur di kedua ovarium. Setelah diambil, ovarium “dikuliti”; kulit inilah yang dibekukan, karena merupakan pabrik sel telur.
Operasi dilakukan dengan teknik laparoskopi. Dibuat sayatan kecil di perut, untuk memasukkan kamera dan alat pemotong. Karena bukan bedah terbuka, lukanya hanya sedikit. Operasi hanya sekitar 30 menit.
Pengobatan kanker selesai, ovarium kembali ditanam dan pasien bisa hamil normal seperti perempuan lain. Bisa juga dengan metode bayi tabung. “Dari kulit ovarium, kita pilih sel telurnya dan ditumbuhkan sampai matang,” terang dr. Iko. Sel telur yang sudah matang, dibuahi dengan sperma suami di cawan patri. Setelah jadi embrio, ditanam di rahim ibu.
Belum ada batas maksimal, berapa lama ovarium bisa disimpan beku. Teknik ini belum lama dikerjakan. Diharapkan bisa selama mungkin seperti embrio. Embrio tertua yang dilahirkan (melalui bayi tabung) sudah dibekukan selama 30 tahun. (nid)
.