Stroke terjadi secara mendadak menyebabkan kerusakan otak dalam beberapa menit. Stroke terus memburuk dalam beberapa jam sampai 1-2 hari, akibat bertambah luasnya jaringan otak yang mati.
Sebenarnya, sebelum serangan stroke tubuh memberi isyarat berupa tanda dan gejalanya dapat dikenali; namun sering tidak disadari. Menurut Prof. dr. H. Jusuf Misbach, Sp.S (K), gejala stroke antara lain: muncul kehilangan rasa atau kelemahan pada muka, bahu atau kaki, terutama terjadi pada separuh badan; merasa bingung, sulit berbicara atau menangkap pembicaraan lawan bicara; sulit melihat pada sebelah mata atau keduanya; tiba-tiba kesulitan berjalan, merasa pusing dan kehilangan keseimbangan atau koordinasi; sakit kepala hebat tanpa diketahui sebabnya.
Karena tanda dan gejala stroke sering tidak disadari, lingkungan atau orang terdekat harus lebih waspada. Menurut dr. Jusuf, “Siapa pun dengan tanda dan gejala di atas, harus dicurigai stroke dan harus segera dibawa ke ahli medis untuk diperiksa dan mendapat pertolongan medis. Penanganan yang cepat, sangat bermanfaat untuk mencegah terjadinya hal-hal yang fatal.”
Ada cara mudah, untuk menilai apakah seseorang mungkin mengalami suatu stroke. Caranya yaitu dengan mengajukan tiga perintah untuk: tersenyum, mengangkat kedua tangan, dan mengucapkan suatu kalimat sederhana. Tiga perintah ini dikenal sebagai Cincinnati Prehospital Stroke Scale (CPSS), digunakan oleh ahli-ahli kesehatan sebagai langkah pertama yang sederhana, dalam proses penilaian untuk tanda-tanda stroke. Juga untuk mengoptimalkan koordinasi saraf korban. Jika seseorang mempunyai kesulitan dengan salah satu dari perintah-perintah sederhana ini, orang tersebut bisa dicurigai sedang mendapat serangan stroke.
Pertolongan Pertama
Orang yang mendapat serangan stroke, seluruh darah di tubuhnya mengalir sangat kencang menuju pembuluh darah di otak. Bila pertolongan yang diberikan terlambat, pembuluh darah di otak tidak akan kuat menahan aliran darah yang mengalir deras, dan akan pecah sedikit demi sedikit. Pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah:
- Baringkan rata tubuh korban, agar aliran darah ke otak optimal.
- Jangan memindahkan korban dari tempat di mana dia terjatuh, karena akan mempercepat pecahnya pembuluh darah halus di otak.
- Jika keadaan pasien mengantuk, tidak merespon, atau mual, posisikan tubuh sedemikian rupa untuk mencegah tercekik jika muntah terjadi.
- Untuk mengurangi derasnya aliran darah ke otak, lukai ujung jari tangan dengan jarum steril agar dapat mengeluarkan setetes darah. Jika perlu, pencet agar darah keluar.
- Bila mulut korban mencong atau tidak normal, tarik-tarik kedua daun telinga korban hingga berwarna kemerahan. Setelah itu, lakukan tusukan dengan jaum steril pada ujung bawah daun telinga, sehingga mengeluarkan 2 tetes darah dari setiap ujung telinga. (Puj)
Ilustrasi: