Banyak orang menganggap telapak tangan atau ketiak yang selalu berkeringat berhubungan dengan penyakit jantung. Padahal tangan berkeringat bisa disebabkan oleh banyak hal.
Tangan/kaki yang gampang berkeringat disebut hiperhidrosis, yakni bila dalam 6 bulan setidaknya terjadi satu kejadian keringat berlebih/terus-menerus dalam seminggu. Kelainan ini dikelompokkan menjadi primer dan sekunder.
Hiperhidrosis primer atau lokal, bila sebabnya tidak diketahui secara pasti (idopatik). Keringat berlebih biasanya muncul di telapak tangan, kaki, ketiak atau pangkal paha.
Sementara hiperhidrosis sekunder /umum bila keringat ‘membanjir’ di seluruh tubuh. Kondisi ini dilatarbelakangi adanya penyakit lain seperti kelainan jantung atau napas, hipertiroid, pemakaian obat-obatan, ketergantungan alkohol, cedera tulang belakang atau kanker getah bening.
Hiperhidrosis yang disebabkan masalah jantung biasanya juga disertai gejala lain seperti nyeri dada. Rasa nyeri meningkat bila aktivitas bertambah banyak dan mereda saat istirahat. Selain itu juga keluar keringat dingin dan sesak napas.
Sebagian besar kasus hiperhidrosis, menurut dr. Ronald Winardi Kartika, Sp.BTKV, FIHA dari RS Gading Pluit Jakarta, adalah hiperhidrosis primer. Penyakit ini tergolong jarang, data dari International Hyperhidrosis Society tahun 2002 hanya 2,8% penduduk Amerika yang mengalaminya.
“Hiperhidrosis primer tidak mengancam jiwa, namun dirasa cukup mengganggu si penderita. Misalnya kertas jadi basah saat menulis, atau timbul bau badan,” ujar dr. Ronald. Pada sebagian orang keringat tidak hanya menyebabkan telapak tangan/kaki/ketiak menjadi lembab, namun selalu basah.
Riset Adar et al tahun 1977 mendapati dari 100 penderita palmar hyperhidrosis (hiperhidrosis telapak tangan) 90-95% merasa terganggu saat menjalankan tugas harian dan malu dengan kondisinya. Studi pada axillary hyperhidrosis (hiperhidrosis di ketiak) oleh Naumann et al (2002) menyatakan 72% responden merasa kurang percaya diri dan 49% bahkan sampai depresi.
Hiperhidrosis lokal biasanya terjadi mulai terjadi di masa pubertas atau <20 tahun. Kelainan ini, ujar dr. Ronald, berhubungan dengan kerja saraf simpatik yang berlebihan.
Saraf simpatik merupakan bagian dari sistem saraf otonom, yang salah satu fungsinya mengatur kerja kelenjar keringat. Kelainan ini juga dapat disebabkan oleh masalah genetis atau keturunan.
Terapi dan pengobatan
Pengobatannya paling sederhana adalah menggunakan deodoran, sayangnya dia hanya mampu menghilangkan bau badan.
Yang lebih ampuh adalah menggunakan semprotan antiperspirant mengandung alumunium klorida. Ini bekerja menutup sementara kelenjar keringat sehingga bisa menghentikan keluarnya keringat.
Dapat pula melakukan terapi iontophoresis. Ini adalah terapi dengan mengalirkan arus listrik ke kulit. Telapak tangan / kaki diletakkan di dalam baki berisi air yang dialiri listrik ringan. Terapi ini berguna memperlambat sekresi kelenjar keringat.
Sementara untuk obat, yang diberikan adalah jenis anticholinergic. Obat ini bekerja menghambat pengiriman pesan saraf parasimpatik pada kelenjar keringat.
“Cara lain adalah dengan suntik botox pada kelenjar keringat (di tangan/kaki/ketiak). Atau, operasi pengangkatan kelenjar keringat,” tambah dr. Ronald. (jie)