kolesterol jahat dalam tubuh dapat diturunkan

Makanan Fungsional dapat Menurunkan Kolesterol Jahat Tanpa Menurunkan Kolesteroi Baik

Makanan fungsional seperti oat, fitosterol dan omega 3, direkomendasikan pakar kesehatan sebagai diet bagi orang dengan hiperkolesterolemia.

Makanan fungsional merupakan elemen dari makanan, yang bila rutin dikonsumsi memberi dampak postif bagi fungsi biologis. “Secara tidak langsung makanan fungsional dapat meningkatkan status kesehatan, sekaligus menurunkan berbagai resiko penyakit,” jelas  dr. Widjaya Lukito, PhD, SpGK.

Makanan fungsional bila rutin dikonsumsi dapat mengendalikan hiperkolesterolemia. Namun, obat anti kolesterol masih menjadi terapi lini pertama, untuk mencapai kadar kolesterol darah sesuai target.   

Gandum

Gandum, yang lebih dikenal dengan sereal atau oatmeal, bukan karbohidrat biasa. Gandum kaya akan serat, terutama di lapisan terluar pada biji bagian dalamnya. Serat yang terkandung di dalamnya, terbukti mampu menurunkan kolesterol LDL (kolesterol jahat) tanpa menurunkan kolesterol HDL (kolesterol baik).

Ketika dikonsumsi, serat gandum di usus halus akan membentuk gel yang mengikat lemak, kolesterol dan asam empedu. Karena diikat, serat yang mengikat asam empedu ini tidak dapat diserap kembali melalui dinding usus halus. Asam empedu akhirnya dikeluaran melalui usus besar. Untuk menggantikan asam empedu yang hilang, hati menarik kolesterol dari darah. Akibatnya, kadar kolesterol darah turun.

Pada tahun 1999, Pauline Endang Praptini, ahli gizi dari RS Fatmawati, Jakarta, meneliti pengaruh pemberian gandum terhadap kadar kolesterol pada 30 pria berusia >40 tahun dalam kondisi sehat dan kadar kolesterol 220 – 300 mg/dl. Penelitian dilakukan 6 minggu, dengan  pemberian gandum 75 gram/hari dalam bentuk kue dan bubur. Hasilnya, kolesterol total menurun 14% dan LDL kolesterol menurun 17%.

Fitosterol

Fitosterol mencakup stanol dan sterol, senyawa kimia penting yang terdapat dalam membran sel tanaman tertentu. Sterol dan stanol dapat ditemukan dalam buah, sayuran, minyak sayur, kacang-kacangan, biji-bijian dan sereal.

Dari penelitian diketahui, sterol dan stanol lebih bermanfaat dalam bentuk ester daripada bentuk sterol bebas atau stanol bebas. Plant sterol dan plant stanol perlu diesterifikasi dengan asam lemak menjadi plant sterol ester dan plant stanol ester. Esterifikasi menyebabkan sterol dan stanol lebih mudah larut dalam lemak/minyak, sehingga memudahkan perjalanannya menuju usus halus.

Berbagai studi menunjukkan, sterol dan stanol memiliki tingkat efektifitas yang berbeda dalam menurunkan kadar kolesterol, khususnya LDL. Dalam saluran cerna, stanol ester mengalami hidrolisis menjadi tanaman stanol dan asam lemak. Karena struktur tanaman stanol yang serupa dengan kolesterol, sterol atau stanol berkompetisi menggantikan posisi kolesterol, sehingga kolesterol yang terserap semakin sedikit dan kolesterol sisa akan terbuang. US FDA menyatakan, dengan mengonsumsi phytosterol, efeknya dapat menurunkan LDL, tetapi tidak menurunkan HDL, dan tidak mempunyai efek terhadap kadar trigliserida, sehingga rasio LDL/HDL dapat diperbaiki.

Studi klinis oleh Helenan Kristina Gylling, peneliti senior University of Kuopio, Finlandia (1995) menunjukkan, pemberian stanol ester pada penderita hiperkolesterolemia, dapat menurunkan kadar kolesterol 10,2%. Sedangkan pada penderita penyakit arteri koroner, pemberian margarin yang mengandung stanol ester, mampu menurunkan total kolesterol 8% dan LDL 15%.

Berdasar hasil meta analisis 42 penelitian tentang tanaman stanol ester, konsensus tahun 2003 menyatakan bahwa pemberian 2 gram tanaman stanol ester bisa menurunkan LDL sampai 10%. Hal ini berdampak baik terhadap kondisi klinis pasien; setiap penurunan 1 mg/dL LDL menurunkan risiko relatif penyakit kardiovaskular 1%.

Sayangnya,  stanol ester dalam buah dan sayur sangat sedikit; kadar paling tinggi hanya 100 miligram. Karena itu, stanol ester biasa ditambahkan pada produk makanan seperti margarin, yogurt, smoothies, es krim, roti dan lain-lain. “Perlu diketahui, mengonsumsi secara berlebihan tidak akan memberi efek samping. Itu karena tubuh hanya menyerap sejumlah tanaman stanol ester yang dibutuhkan,” terang dr. Widjaya.

Disamping itu, diet stanol ester memberi efek sinergis pada penggunaan obat antikolesterol, statin. “Statin bisa menurunkan kadar LDL hingga 40%. Jika ditambahkan dengan diet mengandung stanol ester 2 gram/hari, ada penambahan penurunan kolesterol LDl 10%,” tegasnya.

Omega 3

Omega 3 merupakan asam lemak tidak jenuh esensial; diperlukan tubuh namun tidak dapat disintesa oleh tubuh. Asam lemak omega 3 hadir lebih dari satu bentuk. Jenis yang ditemukan pada ikan berminyak seperti salmon, makarel, tuna dan herring, disebut asam dokosaheksanoat (DHA) dan asam eikosapentanoat (EPA). Bentuk lain yang dikenal sebagai asam alfa linolenat (ALA), ditemukan dalam minyak sayur, biji rami, kedelai, kenari, canola, kacang walnut, dan sayuran berwarna gelap seperti bayam. Ahli gizi menyatakan, tubuh membutuhkan sekitar 300 mg omega 3/hari.

Ada beberapa mekanisme yang dapat menjelaskan, mengapa omega-3 dapat memperbaiki profil lipid darah. Omega-3 mempunyai efek ringan terhadap penurunan tekanan darah. Dapat memperbaiki profil lipid darah dengan menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol LDL. Efek unik lainnya adalah menaikkan kolesterol HDL sehingga membantu mengurangi dan mencegah timbunan plak pada pembuluh darah.

FDA (2004) merekomendasikan untuk pengobatan hipertrigliserida dengan kadar lebih dari 500 mg/dl, diperlukan dosis 4 gram/hari omega 3. Bila kadar trigliserida 200 -499 mg/dl dosisnya 3 gram/hari. (Puj)


Ilustrasi: Pexels dari Pixabay