Penderita diabetes (diabetasi) cenderung lebih mudah mengalami infeksi kulit, baik oleh bakteri atau jamur. Jika infeksi sudah terjadi lebih susah pula penyembuhannya jika gula darah belum terkontrol.
Tingginya glukosa dalam darah berdampak ke seluruh tubuh, salah satunya melemahkan sistem imun. Yakni dengan merusak fungsi neutrofil, melemahkan sel T (limfosit T) yang bertugas meningkatkan kekebalan tubuh tiap kali tubuh terpapar patogen. Demikian juga menekan sistem antioksidan dalam tubuh dan mengacaukan imunitas.
Neutrofil adalah bagian sel darah putih yang bertugas merasakan sinyal adanya infeksi dari luar. Sel-sel inilah yang pertama akan bermigrasi ke tempat infeksi untuk mulai membunuh mikroba yang menyerang.
Perlu diingat, dalam tubuh manusia hidup beribu parasit (bakteri dan jamur), baik yang menempel di permukaan kulit atau di organ dalam. Dalam kondisi normal jumlah parasit dapat ditekan sehingga tidak mengganggu, namun saat imunitas turun mereka cenderung berkembang lebih banyak.
Fakta juga mengatakan 90% pederita diabetes adalah DM tipe 2 alias diabetes karena pola makan, berhubungan pulan dengan kegemukan. Dr. Patrick Schlievert, Professor of microbiology, di University of Iowa College of Medicine, memaparkan sejalan dengan bertambahnya berat badan, kulit menjadi lebih basah karena peningkatan produksi keringat dan semakin luas area lipatan kulit. Ini adalah kondisi ideal untuk pertumbuhan koloni bakteri.
“Kami menemukan peningkatan koloni bakteri sampai 100%,” ujar dr. Patrick. Staphylococcus aureus (Staph) adalah bakteri yang hidup di permukaan kulit manusia.
Ia dan timnya meneliti bahwa saat koloni bakteri ini melonjak dan mencapai batas tertentu, mereka mampu melakukan aksi pertahanan diri (disebut superantigen) terhadap sistem imun tubuh (dilakukan oleh sel T).
Saat superantigen masuk dalam tubuh akan menciptakan efek domino. Pertama, mereka merusak sel lemak dan sistem imun yang akan memicu reaksi peradangan. Dan akhirnya ada resistensi insulin, suatu keadaan di mana jumlah insulin normal tidak cukup untuk mengontrol gula darah, butuh lebih banyak insulin. Jadi infeksi bakteri mampu memperburuk kondisi yang dialami diabetasi.
“Infeksi bakteri juga didukung oleh faktor kebersihan pribadi yang kurang, menurunnya daya tahan, dan telah ada penyakit kulit lain sebelumnya,” papar dr. Regina Kartika, Sp.KK, dari RS. Gading Pluit, Jakarta. Kerusakan pada epidermis kulit dapat mempermudah infeksi karena sistem pelindungnya terganggu.
Folikulitis, furunkel
Salah satu bentuk infeksi bakteri di kulit adalah folikulitis, atau peradangan yang terjadi pada folikel rambut, lubang kecil pada kulit tempat rambut tumbuh. Disebabkan oleh infeksi Staph.
Folikulitis dapat terjadi di bagian tubuh manapun yang ditumbuhi rambut. Pada folikel rambut yang mengalami peradangan akan muncul benjolan-benjolan kecil yang berisi nanah (seperti jerawat). Benjolan tersebut terkadang pecah kemudian mengering dan membentuk koreng.
Sensasi terbakar dan gatal juga terkadang menyertai munculnya folikulitis. Peradangan dapat terjadi setelah seseorang mencukur kumis, jenggot, bulu kaki atau bulu ketiak. Bakteri Staph bisa menyusup masuk lewat luka akibat pisau cukur. Atau setelah berendam di air panas yang terkontaminasi Pseudomonas (disebut Pseudomonas folikulitis).
Pada kondisi normal, peradangan ini dapat sembuh dengan sendirinya. Namun, pada diabetasi dapat berkembang menjadi lebih parah. Mucul bisul dalam bentuk benjolan merah yang menyakitkan. Kulit di sekitarnya biasanya juga merah dan bengkak. Dalam istilah medis ini disebut furunkel.
Bisul dapat muncul dalam bentuk tunggal atau berkelompok (carbuncle). Kadar gula yang tidak terkontrol menyebabkan pengobatan fulikulitis dan furunkel menjadi lama, karena luka yang sulit sembuh.
“Pengobatannya menggunakan antibiotik sistemik (yang diminum) dan topikal (oles),” tambah dr. Regina.
Pakai gel sebelum bercukur
Namun sebelum folikulitis terjadi, sebaiknya dicegah dengan cara menjaga kelembaban kulit, berhati-hati saat bercukur. Gunakan krim, sabun atau gel sebagai pelicin agar kulit tidak terluka. Jangan lupa memakai pelembab setelahnya.
Hindari penggunaan produk-produk antiseptik karena dapat membuat kulit kering. Hindari pakaian ketat dan pastikan kebersihan air yang digunakan untuk berendam.
Yang tak kalah penting adalah jangan berbagi handuk atau lap mandi. Cucilah mereka dalam air panas bersabun setelah selesai digunakan. Cuci pakaian yang menutupi daerah bermasalah setelah selesai digunakan. (jie)
Baca juga : Komplikasi Diabetes di Kulit: Kenapa Wajib Pakai Pelembab