Sebagian lansia memiliki masalah dengan kemampuan menahan kencing, terutama pada lansia yang mengalami stroke. Sebenarnya ada beberapa tips mengatasi ngompol pada lansia, mulai dari melatih otot-otot kandung kemih sampai menggunakan popok dewasa.
Berkemih adalah salah satu cara pembuangan sisa metabolisme (lainnya lewat feses, keringat dan air mata). Terdengar sederhana, tapi pada kondisi tertentu proses berkemih terganggu, menyebabkan inkontinensia urin (ngompol).
Berkemih melibatkan proses yang kompleks, ia berada di bawah kontrol dan koordinasi sistem saraf pusat (otak) dan sistem saraf tepi di daerah sakrum (panggul). Sensasi pertama ingin berkemih biasanya timbul saat volume kandung kemih mencapai 150-350 ml. Kapasitas kandung kemih bervariasi, sekitar 300-600 ml.
Umumnya kandung kemih dapat menampung urin sampai ± 500 ml tanpa terjadi kebocoran. Namun, dengan bertambahnya usia kapasitas kandung kemih pun menurun. Sisa urin dalam kandung kemih, sehabis berkemih semakin bertambah, dan kontraksi otot-otot kandung kemih yang tidak teratur makin kerap terjadi.
Mekanisme kompleks
Menurut dr. Ichsan Kurnia, SpS., dari RS Gading Pluit, Jakarta pada prinsipnya proses berkemih terbagi menjadi dua, yakni saat pengisian dan pengosongan kandung kemih. Proses pengisian diatur oleh saraf-saraf otonom atau saraf yang bekerja secara otomatis (terbagi dalam saraf simpatis dan parasimpatis). Sementara waktu pengosongan juga dipengaruhi oleh kerja saraf somatik (bekerja secara sadar).
Saat pengisian dan kandung kemih terasa penuh akan dirasakan oleh saraf parasimpatis kemudian mengirimkan informasi ke otak. Di batang otak ada daerah yang mengatur berkemih, kemudian memerintahkan untuk melemahkan dominasi kerja saraf simpatis. Saraf parasimpatis mengambil perannya sehingga timbul hasrat ingin kencing.
“Parasimpatis merangsang otot di kandung kemih untuk ‘memeras’ mengosongkan kandung kemih. Ini semua terjadi secara otomatis. Pada saat bersamaan otak melalui saraf somatik, menahan/menghentikan laju air seni. Misalnya, saat kebelet, toiled umum penuh, kita masih bisa nahan,” jelas dr. Ichsan menjelaskan.
Ngompol pada stroke
Penyakit yang mengenai pusat-pusat pengaturan berkemih dapat menyebabkan seseorang ngompol, seperti stroke, demensia dan sindroma parkinson.
Pada kasus stroke, semakin tua penderita stroke risiko ngompol lebih tinggi. Risiko ngompol berdasarkan jenis kelamin tidak ada, alias dapat mengenai pria dan wanita.
Makin lama pasien stroke dibawa ke rumah sakit, makin berat komplikasi yang mungkin diderita, termasuk ngompol. Jika bagian otak yang mengatur kemampuan berkemih terkena, maka risiko ngompol lebih tinggi.
Mengatasi ngompol
Salah satu cara mengatasi gangguan ngompol adalah dengan latihan otot kandung kemih. Misalnya sudah terasa akan kencing, ditahan 2-3 menit. Ini untuk melatih kembali otot-otot kandung kemih.
“Bisa juga memperpanjang interval waktu berkemih. Misalnya, jika rasa ingin berkemih muncul tiap setengah jam, ditahan sampai satu jam baru berkemih. Ini untuk menentukan kebiasaan berkemih. Nanti pasien bisa menentukan pada jam-jam tertentu ia akan kencing,” tambahnya.
Sebagai tindakan berjaga-jaga, popok dewasa dapat digunakan untuk menampung urin yang tak tertahankan.
Jika ini tidak berjalan baik, cara lainnya adalah menggunakan metode kateterisasi. ‘Keran’ tali kateter dalam 1-2 jam dibuka untuk berkemih. Upaya lain dengan menggunakan obat-obatan, dan terakhir pembedahan. (jie)