Selesai melakukan kemoterapi pasien kanker akan memasuki masa pemantauan, mencegah tumor muncul lagi. Penting untuk memperhatikan asam dan basa makanan pascakemoterapi untuk tingkatkan kesehatan pasien.
Setelah menamatkan rangkaian kemoterapi dan/atau radiasi, bukan berarti akhir dari sel kanker. Sel-sel jahat ini dapat tumbuh kembali jika diberi kesempatan. Yakni saat kondisi imunitas turun, banyak karsinogen masuk, atau sel kanker menemukan lingkungan yang sesuai (keasaman tubuh meningkat).
Menurut dr. Paulus W. Halim, praktisi Radiastesi Medik dan Integrative Medicine, pengobatan kanker harus dilakukan secara holistik, baik medis dan non medis (mengelola emosi, stres dan menjaga daya tahan tubuh).
Tujuan pengobatan adalah membersihkan kanker sampai ke akarnya. Semua upaya dilakukan untuk mendukung imunitas tubuh. Bila imun meningkat, maka sistem hormonal dan regenerasi sel menjadi baik. Kualitas kesehatan pasien pun membaik.
”Memilih bahan makan tidak bisa sembarangan. Tidak semata-mata atas dasar nilai gizinya, melainkan bertujuan mencegah atau mengobati kanker,” tegas dr. Paulus. “Perlu pahami konsep asam dan basa makanan.”
Pada dasarnya, sel-sel sehat tubuh kita bersifat alkali (basa). Semakin asam (acidic) sel-sel itu, kita akan menjadi semakin sakit.
Tubuh menghasilkan asam sebagai hasil sampingan dari metabolisme normal. Karena tubuh tidak memproduksi alkali, maka kebutuhan akan alkali harus dipasok dari luar.
Prinsipnya agar kita sehat, menurut dr. Paulus, makanan yang kita konsumsi harus terdiri atas 80% alkali dan 20% asam.
Keseimbangan asam dan basa
Keasaman (pH) tubuh normal/optimal berkisar antara 7,3-7,6. Kurang dari nilai tersebut berarti asam, lebih dari itu artinya basa. Dalam keseimbangan ini, proses kimia tubuh berjalan lancar dan semua kotoran yang ditimbulkan oleh proses ini dapat dengan cepat dilenyapkan.
Bahan makanan yang bersifat asam akan menjadikan tubuh seperti tanah subur bagi pertumbuhan sel-sel kanker. Efek lainnya, hati, limpa, jantung dan ginjal harus bekerja lebih keras untuk membuang racun. Inilah yang mengakibatkan tubuh kita menjadi lebih rentan terhadap serangan penyakit.
“Makanan bersifat asam itu bukan yang berasa asam. Misalnya, jeruk nipis itu rasanya asam, tapi sifatnya basa. Makin rendah tingkat keasaman suatu makanan makin tidak baik untuk penderita kanker. Jadi mereka yang menderita kanker bagus juga minum jeruk,” papar dokter yang juga konsultan Leprologis di RS Kusta Sitanala, Tangerang.
Sumber makanan alami
Beberapa contoh makanan yang bersifat asam antara lain gula (kecuali gula aren dan madu), susu, daging, ikan tawar yang diberi makan pelet, alkohol, gorengan, biji-bijian yang diputihkan (beras putih, terigu, dll), teh, kopi dan makanan-makanan yang diawetkan.
Nasi yang cocok bagi mereka yang menjalani diet alkali adalah nasi merah atau brown rice. Bila tidak tersedia beras merah, bisa dibuat dari beras putih organik yang dimasak dengan kaldu sayur. Kaldu sayur ini dibuat dengan merebus wortel dan seledri dalam waktu lama, sehingga semua sari patinya diserap oleh air rebusan.
“Daging hewan berdarah panas memroduksi hormon stres. Jika dikonsumsi pasien kanker, maka sama saja mengonsumsi hormon stres dalam jumlah tinggi. Akibatnya daya tahan tubuh turun dan perkembangan sel kanker jadi lebih cepat. Bukan lagi dihindari, tapi sama-sekali tidak boleh,” tegas dr. Paulus.
Beberapa contoh makanan/minuman yang bersifat basa seperti, air putih, air kelapa, madu, buah-buahan, sayuran hijau dan kuning yang tidak mengandung tepung/pati, sayuran berumbi (wortel, lobak cina, bit dan singkong).
Beberapa buah berasa asam, tapi sifatnya basa, seperti jeruk, nanas dan anggur. “Terlalu basanya seperti air alkali (pH > 9) juga tidak baik. Harus mendekati pH yang optimal,” tambah dr. Paulus. (jie)