Penelitian menyatakan detak jantung saat istirahat seseorang bisa berubah-ubah mencapai 75 kali per menit. Apa yang terjadi, dan apa artinya bagi kesehatan Anda?
Dalam sebuah riset klinis, peneliti menyatakan detak jantung istirahat bisa berbeda pada setiap orang. Apa yang normal dan sehat untuk satu individu, bisa tidak normal atau sehat pada orang lain.
Saat ini menggunakan bantuan teknologi wearable device, seperti gelang/jam tangan pintar –yang bisa mengukur detak jantung bahkan tekanan darah – para ahli bisa mendapat pemahamanan yang lebih baik tentang apa yang normal bagi tiap individu.
Peneliti dari Scripps Research Translational Institute mengevaluasi data wearable device yang dikumpulkan pada 92.457 orang di Amerika Serikat. Mereka menemukan rata-rata detak jantung saat istirahat seseorang bisa berbeda hingga 70 kali per menit dari detak jantung normal orang lain.
Tim peneliti mendapati perbedaan yang signifikan rata-rata detak jantung istirahat berdasarkan usia, jenis kelamin, indeks massa tubuh (IMT) dan kebiasaan tidur. Tetapi ketika diambil bersama-sama, faktor-faktor tersebut hanya menyumbang 10% dari variasi yang diamati antara individu.
Giorgio Quer, peneliti utama menulis di jurnal PLOS ONE, 5 Februari 2020 lalu, bahwa variasi detak jantung saat istirahat ini memungkinkan identifikasi perubahan dini yang tak terduga dalam kesehatan individu-individu.
Variasi antarindividu
Selama studi, semua partisipan mengenakan perekam detak jantung, setidaknya selama 20 jam per hari, dua hari per minggu, selama 35 minggu, atau antara Maret 2016 - Februari 2018.
Tim peneliti menemukan detak jantung istirahat harian peserta berkisar antara 40 - 109 kali per menit. Sebagian besar partisipan pria memiliki detak jantung antara 50-80 kali per menit, sementara wanita antara 53-82 kali per menit.
Rerata detak jantung istirahat harian untuk pria dan wanita meningkat seiring bertambahnya usia sampai sekitar 50 tahun, kemudian rata-rata mulai menurun.
Pria dengan IMT 23 dan wanita dengan IMT 21 memiliki detak jantung istirahat yang lebih rendah, sementara mereka BMI sangat rendah atau sangat tinggi cenderung memiliki detak jantung yang lebih tinggi.
Para peneliti juga menemukan perubahan kecil selama satu musim. Rata-rata detak jantung istirahat harian pada pria dan wanita memuncak di awal Januari, sebelum turun ke level terendah pada akhir Juli.
"Temuan ini tidak mengejutkan," kata Dr. Satjit Bhusri, ahli jantung di Lenox Hill Hospital, New York City yang tidak terlibat dalam penelitian ini. “Tidak ada detak jantung standar. Detak jantung selalu berubah akibat faktor fisiologis normal.”
Ketika detak jantung satu orang berubah
Walau sebagian besar peserta memiliki detak jantung istirahat yang stabil, 20% individu mengalami setidaknya sekali dalam seminggu ketika detak jantung mereka berfluktuasi hingga 10 kali per menit.
Dibandingkan dengan laki-laki, wanita usia subur mengalami variasi detak jantung istirahat paling tinggi. Perbedaan ini tampak menghilang ketika pria dan wanita mencapai usia 50 tahun. Sementara individu yang berusia di atas 60 tahun mengalami perubahan detak jantung istirahat yang lebih rendah.
Saat rerata detak jantung istirahat berubah selama beberapa minggu atau bulan, ini mungkin menandakan perubahan kebugaran jantung atau perkembangan kondisi penyakit kronis.
“Misalnya, hipertiroid bisa menyebabkan detak jantung yang cepat. Sedangkan hipotiroidisme menyebabkan detak jantung lebih lambat,” terang Dr. Michael Goyfman, direktur kardiologi klinis di Northwell Health Long Island Jewish Forest Hills, New York.
Di sisi lain, perubahan selama beberapa hari mungkin merupakan tanda infeksi, efek siklus menstruasi atau hal akut lain. “Infeksi dapat menyebabkan denyut jantung yang lebih tinggi, seperti stres, kegelisahan, nyeri atau kondisi lain yang tidak spesifik,” kata Goyfman.
Besarnya perubahan lebih penting
Yang lebih penting untuk diwaspadai adalah seberapa besar detak jantung ‘menyimpang’ dari detak jantung normal tiap individu.
“Misalnya, seorang atlet bisa memiliki detak jantung istirahat 40 kali per menit, dan tetap sehat bugar. Sementara orang yang biasa memiliki detak jantung 85 kali per menit tetapi menjadi 50 kali per menit, mungkin menderita hipotiroid atau konsumsi dosis obat yang terlalu tinggi, atau kondisi medis lain,” tambah Goyfman.
Jika detak jantung seseorang berubah secara signifikan dari batasan normal individu, itu mungkin merupakan tanda darurat medis yang memerlukan perawatan segera. (jie)