Outbreak virus corona (COVID-19) di China sudah membunuh lebih dari 1000 orang, tetapi tampaknya anak-anak adalah golongan yang luput dari infeksi virus ini.
Anak-anak dan orang usia muda tetap bisa terinfeksi virus corona. Laporan pemerintah Tiongkok menyatakan di antara mereka yang terkonfirmasi ada dua bayi baru lahir. Tetapi sangat sedikit anak-anak yang terkonfirmasi positif COVID-19.
Tidak jelas kenapa anak-anak bisa luput dari dampak buruk virus corona ini. Tetapi ada pola yang mirip terjadi di beberapa penyakit infeksi, mulai dari cacar air dan campak, sampai SARS (severe acute respiratory syndrome) dan MERS (Middle East respiratory syndrome).
“Ilmuwan belum memahami sepenuhnya fenomena ini. Mungkin disebabkan perbedaan respons imun antara anak-anak dengan orang dewasa,” kata Dr. Andrew Pavia, kepala divisi penyakit infeksi anak di University of Utah, AS. “Salah satu hipotesis adalah respon imun innate (imunitas bawaan yang ada sejak lahir) cenderung lebih aktif pada anak-anak.”
Penyakit infeksi pada anak-anak
Tubuh memiliki dua sistem imun : bawaan (innate) dan adaptif. Sistem imun bawaan adalah garis pertahanan pertama terhadap patogen. Sel-sel sistem imun ini dengan cepat merespon zat asing yang memasuki tubuh. Sementara sistem imun adaptif bekerja dengan mengenali / mengingat patogen spesifik, tetapi proses tersebut membutuhkan waktu.
Bila sistem imun bawaan anak-anak lebih aktif merespons COVID-19, masuk akal bila anak-anak melawan infeksi lebih baik daripada orang dewasa, hanya menyisakan gejala ringan.
Pada virus corona jenis lain, termasuk SARS dan MERS, juga menunjukkan pola yang sama, terang Krys Johnson, epidemiolog di Temple University College of Public Health, AS.
“Kasus yang kita hadapi sekarang bukan berarti anak-anak tidak menunjukkan gejala sama sekali, mereka juga mengalami pneumonia,” imbuh Johnson, “Tetapi karena sistem imum mereka sangat aktif, tidak menimbulkan dampak seperti pada orang dewasa.”
Demikian pula, kata Johnson, orang dewasa 25 kali lebih mungkin meninggal akibat cacar air daripada anak-anak. Dan meskipun influenza dapat membahayakan bayi, anak-anak yang lebih tua biasanya berhasil sembuh dengan lebih mudah daripada orang dewasa.
Tingkat kematian akibat flu musiman pada orang dewasa adalah 10 kali lipat dari angka kematian pada anak-anak.
Penuaan dan sistem imun
Sulit untuk mengetahui dengan pasti jumlah anak-anak yang terkonfirmasi virus corona saat ini. Dalam dua studi kasus COVID-19 yang dipublikasikan 6 Februari 2020 di Journal of the American Medical Association (JAMA), ditemukan dari 138 pasien yang dirawat di Zhongnan Hospital di Wuhan antara 1-28 Januari 2020 rata-rata berusia 56 tahun, lebih dari separuhnya laki-laki.
Studi kasus pada 13 pasien di Beijing menyatakan ada bayi berusia 2 tahun dan anak 15 tahun. Para penulis studi kasus itu, mencatat infeksi sebagian besar terjadi pada orang dewasa muda atau setengah baya yang sehat, dengan hanya satu pasien yang di atas 50 tahun.
“Kemungkinan anak-anak untuk terkena penyakit pernapasan tidak lebih kecil daripada orang dewasa,” kata Pavia, “Mereka tetap terkena infeksi tetapi lebih mudah sembuh daripada orang tua dan kakek-nenek mereka.”
Ada alasan lain di luar kekuatan sistem kekebalan tubuh bawaan yang dapat menjelaskan ketahanan ini. Salah satu adalah bahwa anak-anak memiliki saluran pernapasan yang lebih sehat karena lebih sedikit terpapar asap rokok dan polusi udara, daripada orang dewasa. Faktor lain, anak-anak secara umum lebih sehat, tidak menderita sakit kronis.
Dalam wabah SARS tahun 2003 dan MERS (tahun 2012), orang dewasa yang memiliki penyakit kronis memiliki risiko kematian yang lebih tinggi daripada orang dewasa tanpa penyakit kronis seperti diabetes, penyakit autoimun dan penyakit kardiovaskular, atau bahkan obesitas.
Dalam penelitian di jurnal Annals of Translation Medicine juga diterangkan orang dewasa lebih rentan mengalami komplikasi sindrom gangguan pernapasan akut (acute respiratory distress syndrome / ARDS). Ini adalah ketidakseimbangan aktivitas sel imun yang menyebabkan reaksi peradangan yang berlebihan di paru, pada akhirnya menyebabkan alveoli (katung-kantung udara di paru) terisi cairan.
Normalnya sel darah merah mengalir masuk ke alveoli untuk mengambil udara baru. Ketika kantung alveoli terisi cairan, proses ini tidak terjadi, memicu gagal napas. Penelitian menyatakan 40% penderita ARDS meninggal.
Peneliti mencatat, komplikasi ARDS kerap kali fatal pada penderita SARS dewasa. Tetapi walau anak-anak dengan SARS mengalami pneumonia, mereka tidak mengalami komplikasi seperti orang dewasa. (jie)