Saat akhir pekan identik dengan santai dan memanjakan diri. Termasuk untuk urusan makanan, banyak orang mencoba makanan baru di restoran. Masakan Jepang adalah salah satu yang menjadi favorit banyak orang, selain enak juga terkenal sehat. Tetapi jangan sembarangan menyantap masakan Jepang. Seorang wanita dilaporkan mengalami sindrom patah hati (broken heart syndrome) setelah menyantap satu sendok teh penuh wasabi, yang dikira alpukat.
Dalam publikasi yang diterbitkan oleh jurnal BMJ Case Report September 2019, wanita yang berusia 60 tahun tersebut memakan wasabi lebih dari kebiasaan – satu sendok teh - dalam pesta pernikahan di Israel.
Beberapa menit kemudian ia merasakan dada seperti ditekan yang menjalar ke tangan. Tak menghiraukan gejala tersebut, wanita itu tetap bersikeras menghadiri perayaan pernikahan, dan akhirnya rasa sakit reda.
Tetapi pada hari berikutnya, ia merasakan tubuhnya menjadi sangat lemah dan tidak nyaman. Ini mendorongnya untuk pergi ke dokter.
Dalam laporan dari Soroka University Medical Center di Beer Sheva, Israel, hasil tes mengungkapkan bahwa wanita itu menderita sindrom patah hati, juga dikenal sebagai kardiomiopati Takotsubo.
Sindrom patah hati adalah suatu kondisi di mana ruang pompa utama jantung (bilik kiri) menjadi membesar dan melemah, sehingga tidak bisa memompa dengan benar.
Sindrom ini dinamai berdasarkan bentuk bilik (ventrikel) jantung yang aneh ketika membesar. Itu menyerupai "takotsubo," panci pancing Jepang yang digunakan untuk menjebak gurita.
Gejalanya dapat menyerupai serangan jantung, termasuk nyeri dada dan sesak napas. Tidak seperti kerusakan akibat serangan jantung, sindrom patah hati bersifat sementara, dan sebagian besar pasien sembuh dalam waktu satu bulan.
Kondisi ini juga bisa dipicu oleh stres emosional, seperti akibat kematian orang tercinta, atau kehilangan pekejaan. Bisa pula terpicu akibat stres fisik, seperti serangan asma atau operasi besar.
Dalam kasus wanita itu, tampak bahwa makan satu sendok teh wasabi memicu sindrom patah hati. Ini bukan laporan pertama dari sindrom patah hati yang dipicu oleh makanan, tetapi kebanyakan kasus lain muncul setelah reaksi alergi yang parah terhadap makanan.
"Sejauh pengetahuan kami, ini adalah laporan pertama kardiomiopati Takotsubo yang dipicu oleh konsumsi wasabi," tulis laporan tersebut.
Namun, penulis tidak berpikir bahwa wasabi berbahaya, setidaknya dalam jumlah kecil yang biasanya dikonsumsi orang. Beberapa studi bahkan menunjukkan makanan memiliki manfaat, termasuk aktivitas antioksidan.
Wanita itu dirawat dengan obat jantung, termasuk ACE inhibitor dan beta blocker, yang keduanya menurunkan tekanan darah. Satu bulan kemudian, tes jantungnya tampak normal, menunjukkan dia telah pulih dari kondisinya.
Bisa menjadi kondisi yang berbahaya
Sindrom patah hati walau pada sebagian besar kasus akan kembali normal, tetapi masalah ini bisa sangat mematikan jika pasien juga mengalami komplikasi di mana jantung tidak dapat memompa cukup darah ke tubuh.
Christian Templin, penulis utama studi dari University Heart Center di University Hospital Zurich, Swiss menjelaskan risiko kematian untuk pasien sindrom patah hati dengan komplikasi syok kardiogenik tetap tinggi, tidak hanya ketika mereka berada di rumah sakit, tetapi selama bertahun-tahun sesudahnya.
Peneliti menganalisa data lebih dari 2000 penderita sindrom patah hati, di mana sekitar 200 orang mengalami syok kardiogenik.
Para peneliti menemukan tingkat kematian yang sangat tinggi pada pasien sindrom patah hati dengan syok kardiogenik. Di rumah sakit, hampir seperempat (24 %) pasien dengan syok kardiogenik meninggal, dibandingkan dengan hanya 2% pasien tanpa syok kardiogenik.
Bahkan di antara pasien yang selamat dari syok kardiogenik, risiko kematian yang lebih tinggi bertahan selama bertahun-tahun.
Setelah lima tahun, tingkat kematian di antara pasien yang awalnya selamat dari sindrom patah hati dengan syok kardiogenetik adalah 40%, dibandingkan dengan hanya 10% untuk pasien yang tidak mengalami syok kardiogenik. (jie)