Suami penyanyi Bunga Citra Lestari ( BCL), Ashraf Sinclair (40), meninggal dunia pagi ini, Selasa (18/2/2020). Ashraf disebut meninggal karena serangan jantung.
Kabar duka ini mengejutkan banyak pihak, apalagi pria bernama lengkap Ashraf Daniel Mohammed Sinclair ini dikenal menerapkan pola hidup sehat dan senang berolahraga.
Beberapa hari sebelum kematiannya, Ashraf sempat memposting dirinya sedang getol membentuk otot perutnya dengan sebuah alat yang memungkinkan proses yang lebih cepat, daripada latihan biasa.
Ashraf diketahui sejak duduk di bangku sekolah sangat menyukai olahraga, sepak bola dan basket termasuk olahraga kegemarannya.
Sudah diketahui bersama bahwa olahraga adalah pencegahan dari berbagai macam penyakit, termasuk penyakit jantung koroner, diabetes dan hipertensi. American Heart Association (AHA) merekomendasikan olahraga rutin 30-60 menit minimal 3 kali seminggu akan mengurangi risiko kejadian kardiovaskular (serangan jantung / stroke) hingga 30-40%.
Tetapi teralalu sering berolahraga juga bukan tanpa risiko. Riset Fletcher GF, dkk, yang diterbitkan dalam jurnal medis Circulation (2001) mengatakan, selama olahraga terjadi peningkatan risiko serangan jantung serius atau gangguan irama jantung yang berkaitan dengan komplikasi.
Pada orang dewasa tanpa gangguan jantung risiko tersebut tetap ada (walau kecil), yakni antara 1 per 400.000 – 800.000 jam latihan. Sementara pada mereka dengan gangguan jantung, serangan jantung atau aritmia mungkin terjadi sekali per 62.000 jam.
Penyumbatan pembuluh arteri kiri (Left anterior descending / LAD) bisa terjadi pada mereka yang berolahraga rutin; terjadi tanpa sebelumnya memberikan gejala. Ini adalah jenis serangan jantung yang tejadi ketika gumpalan darah atau endapan plak benar-benar menghalangi pembuluh darah arteri.
Hanya dalam beberapa detik/menit setelah penyumbatan terbentuk, otot jantung menjadi sangat lemah, berhenti bekerja, atau mengalami ketidakstabilan listrik yang menyebabkannya berhenti memompa. Jika pemulihan aliran darah tidak dilakukan dengan cepat, otot jantung dapat mati secara permanen.
Sebagian besar terjadi akibat penyakit jantung koroner (PJK), di mana terdapat penumpukan plak kolesterol (aterosklerosis) dalam pembuluh darah jantung.
Serangan jantung jenis ini memiliki konsekuensi yang parah. Bahkan jika seseorang mendapatkan perawatan, serangan jantung yang sudah terjadi bisa menyebabkan kerusakan jaringan (membuat jaringan parut) permanen di jantung. Ini mempengaruhi fungsi otot jantung di kemudian hari.
Sehingga sangat penting untuk memperhatikan gejala ‘tidak enak’ selama berolahraga. Gejala tersebut seperti dada seperti ditekan/nyeri yang menjalar ke leher, rahang, bahu, tangan atau punggung. Napas pendek yang tidak biasa, keringan berlebihan, pusing/keliyengan, dan detak jantung yang tidak normal (berdetak terlalu kencang dan tidak beraturan).
Banyak terjadi di gym
Menurut American Heart Association, lebih dari 350.000 orang menderita serangan jantung setiap tahun di seluruh Amerika Serikat, dan banyak dari peristiwa ini terjadi ketika orang sedang berolahraga.
Sebuah studi tahun 2013 dalam Journal of American College of Cardiology menemukan bahwa 136 (atau sekitar 16%) dari 849 partisipan, mengalami jantung mendadak selama periode 12 tahun di sekitar di fasilitas latihan tradisional atau non-tradisional.
Tetapi penelitian itu juga menemukan bahwa orang yang mengalami serangan jantung di fasilitas olahraga tradisional (seperti gym) memiliki tingkat kelangsungan hidup 56%, dibandingkan dengan 45% orang yang berada di fasilitas olahraga non-tradisional (seperti komunitas olahraga, atau studio tari), dan 34% untuk mereka yang berada di ruang publik lain (seperti mal atau bandara). (jie)