Kurang gerak tidak hanya memicu kegemukan, tapi juga masalah “ke belakang”, yup susah buang air besar alias sembelit.
Ingat waktu kecil dulu (mungkin sekarang masih ada) kita disuruh untuk lari-lari dulu biar cepat BAB. Hal tersebut secara medis ternyata benar.
Prof. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, FINASIM, dari ahli pencernaan sekaligus Dekan FKUI menjelaskan, “Agar feses bisa keluar, butuh gerak. Jadi kalau ada orang tiap pagi harus lari-lari dan minum air putih biar bisa BAB, itu sudah benar.”
Ini berhubungan dengan gerak peristaltik usus. Di usus besar, gerak peristaltik berperan dalam mendorong feses menuju anus, untuk dibuang.
Gerak peristaltik merupakan gerakan konstraksi dan relaksasi pada otot-otot saluran cerna yang menimbulkan gerakan menggelombang sehingga menimbulkan efek menyedot/menelan makanan masuk ke dalam saluran pencernaan.
Bergerak juga berhubungan dengan gravitasi. Saat kita bergerak, membuat feses ikut “tergoyang”, efek gravitasi membantu mendorong feses turun ke anus. Ini merangsang rasa ingin BAB. Itu sebabnya, salah satu penyebab konstipasi, selain asupan kurang serat dan kurang minum, juga kurang gerak.
“Usus memiliki prinsip sama seperti tabung, jadi dengan bergerak akan merangsang benda di dalamnya untuk turun,” tambah Prof. Ari.
Sebagai informasi, disebut konstipasi jika ada gejala BAB yang tidak memuaskan. Ditandai dengan BAB kurang dari 3x seminggu atau kesulitan mengeluarkan feses akibat feses yang keras.
Bagaimana olahraga meringankan gejala kontipasi?
Aktif bergerak membantu mengurangi konstipasi dengan cara memperpendek waktu yang dibutuhkan sisa makanan untuk melewati usus besar. Ini memberi manfaat lain, yakni meminimalkan racun-racun dari feses untuk kembali terserap oleh tubuh.
Olahraga yang sifatnya aerobik akan meningkatkan sirkulasi oksigen dan denyut nadi. Ini membantu menstimulasi reaksi konstraksi alamiah otot-otot saluran cerna.
Kapan sebaiknya olahraga dilakukan untuk mendapat efek anti konstipasi? Tunggu minimal satu jam, setelah Anda makan besar.
Jika olahraga dilakukan kurang dari itu (satu jam), pertama, “Makanan masih tertahan di lambung, kalau kita paksakan gerak dapat terjadi reflux (membalik ke atas/kerongkongan). Tunggu beberapa saat baru boleh berolahraga, itu pun jangan langsung olahraga lari,” papar Prof. Ari.
Kedua, setelah makan aliran darah menuju perut/lambung akan meningkat untuk membantu tubuh mencerna makanan. Jika olahraga dilakukan sesaat setelah makan, aliran darah akan terbagi, selain ke lambung juga ke jantung dan otot-otot yang digunakan.
Mesti dipahami, konstraksi otot-otot di usus dipengaruhi oleh banyak sedikitnya aliran darah pada area tersebut. Saat aliran darah berkurang, maka kontraksi otot usus lemah, enzim pencernaan sedikit diproduksi dan pergerakan sisa makanan tersendat. Ini menyebabkan perut kembung karena terjadi kelebihan produksi gas, juga konstipasi.
Jenis olahraga yang dianjurkan adalah jalan santai sampai jalan cepat, minimal 15 menit sampai satu jam setelah makan dapat membantu sistem pencernaan berfungsi normal. (jie)