Musisi legendaris Joni Mitchell (71 tahun) ditemukan tidak sadarkan diri di rumahnya di Los Angeles, Amerika Serikat (AS), April 2015. Pelantun The Big Yellow Taxi itu mengalami perdarahan otak akibat aneurisma.
Stroke menjadi penyebab kematian nomor 3 di dunia, setelah penyakit jantung dan kanker, tapi merupakan penyebab utama kecacatan (disabilitas). Di Indonesia, prevalensi stroke sekitar 12,1/1000 penduduk berdasar Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2015; meningkat dari 8,3/1000 penduduk pada Riskesdas 2007, pada responden yang berusia >15 tahun.
“Kalau dari Sample Registration Survey (SRS) oleh Balitbangkes Depkes RI, stroke adalah penyebab kematian utama sepanjang tahun 2014,” tutur dr. Rubiana Nurhayati, Sp.S, dari RS Pondok Indah (RSPI), Jakarta. Survei skala nasional ini dihitung dari 41.590 kematian selama tahun 2014. Dulu, penyakit jantung yang menduduki posisi tersebut.
Stroke adalah gejala/kelumpuhan pada saraf otak yang terjadi secara mendadak dan tiba-tiba, menetap lebih dari 24 jam dan bisa menyebabkan kematian. Gangguan ini bisa disebabkan oleh sumbatan (stroke iskemik), atau perdarahan (stroke hemoragik). Pada iskemik, oksigen dan nutrisi tidak sampai ke sel otak karena ada sumbatan. “Pada hemoragik, darah yang keluar akibat pembuluh darah yang pecah menekan jaringan otak di sekitarnya, sehingga fungsinya terganggu,” papar dr. Rubi.
Dulu, sroke identik sebagai penyakit orang lanjut usia (lansia). Kini, rerata usia pasien stroke 30-55 tahun, bahkan ada yang berusia 22 tahun. Ditengarai, hal ini disebabkan perubahan pola hidup. Dengan kemajuan teknologi, kini banyak orang menjadi malas bergerak atau kurang olahraga. Di sisi lain, banyak mengonsumsi makanan tinggi gula, lemak, garam dan minim serat. Diperparah lagi dengan minum alkohol dan menjadi pecandu rokok.
Ada kondisi tertentu yang tidak terlihat, tapi meningkatkan risiko stroke, yakni ada kelainan pada pembuluh darah otak atau yang mengarah ke otak. Gejala yang ditimbulkan sering diabaikan atau tidak disadari, karena dianggap sebagai hal yang biasa. Padahal, bila dideteksi sejak dini, bisa dilakukan pencegahan untuk menghindari terjadinya serangan stroke.
Gejala Stroke
Keluhan stroke bisa bermacam-macam, tergantung lokasi serangan. Terjadi hanya di satu sisi, kecuali bila terjadi serangan di kedua bagian otak, tapi sangat jarang. Gejala antara lain satu sisi wajah tiba-tiba mencong, bicara pelo, tiba-tiba tersedak, dan kesemutan di sekitar mulut. Bisa pula muncul ganggguan koordinasi, gangguan penglihatan, kesulitan berbicara, pusing berputar seperti vertigo, baal (kesemutan) di separuh tubuh. “Akibat perdarahan, tekanan di dalam otak meningkat sehingga muncul sakit kepala dan muntah-muntah sampai penurunan kesadaran,” ujar dr. Rubi.
Bila mencurigai seseorang terkena gejala stroke, ingat STRT (smile, talk, raise both hands, tongue). Minta orang tersebut untuk tersenyum; mereka yang terkena serangan tidak bisa tersenyum sewajarnya. Lalu, minta ia mengucapkan kalimat sederhana, kemudian minta ia mengangkat kedua tangannya. Orang yang terkena serangan stroke akan sulit melakukannya. Terakhir, minta ia menunjukkan lidahnya. Serangan stroke dapat membuat lidah miring ke satu sisi atau menekuk. Bila menemukan tanda-tanda demikian, segera bawa ke dokter. Golden period hanya 3 jam setelah serangan. (nid)
Ilustrasi: Gerd Altmann from Pixabay