Pengobatan lupus eritematosus kutan (LE kutan) meliputi obat oles (topikal) dan obat sistemik. Pada dasarnya apapun jenis LE kutan yang muncul, terjadi inflamasi (peradangan) pada kulit. Khususnya ketika lesi kambuh. “Pengobatan yang paling sederhana yakni dengan antiradang. Kita biasa memakai steroid topikal, bentuknya bisa krim atau losion,” ujar Dr. dr. Windy Keumala Budianti, Sp.KK, dari FKUI/RSCM, Jakarta.
Obat topikal
Kortikosteroid topikal telah terbukti efektif mengurangi gejala inflamasi pada semua jenis LE kutan. Namun, pengobatan dengan steroid topikal juga bisa menimbulkan berbagai efek samping. Untuk itu, obat ini hanya digunakan saat lesi kambuh.
Calcineurin inhibitor telah lama diteliti penggunaannya untuk LE subkutan dalam skema pengobatan jangka panjang. Studi-studi berikutnya menunjukkan efikasi obat ini pada lupus subkutan. Efek sampingnya terbatas pada iritasi, kemerahana, dan rasa terbakar sementara. Obat oles jenis ini khususnya efektif untuk area sensitif seperi wajah dan leher.
Baca juga: Penyandang Lupus Harus Terlibat Aktif dalam Pengobatan
Obat sistemik
Obat antimalaria oral merupakan terapi sistemik lini pertama untuk semua tipe LE kutan. “Untuk obat sistemik, biasanya kita berikan hidroksiklorokuin, semacam obat antimalaria. Diminum sekali sehari, dosis 200 mg. efeknya terhadap LE kutan bagus,” ujar Prof. Dr. dr. Iris Rengganis, Sp.PD-KAI, Guru Besar FKUI. Pengobatan dengan hidroksiklorokuin bisa berlangsung hingga beberapa bulan, tergantung kondisi penandang LE dan penyakitnya. “Pemberiannya tetap harus dimonitor, karena dalam jangka panjang bisa menimbulkan gangguan pada retina,” imbuh Prof. Iris.
Steroid oral digunakan dalam jangka pendek. Hanya saat lesi kambuh, dan dihentikan secara bertahap saat lesi mereda. “Steroid oral harus dikombinasi dengan imunosupresan, agar dosisnya tidak terlalu tinggi,” ungkap Prof. Iris.
Salah satu yang dikawatirkan dari penggunaan steroid oral yakni pengeroposan tulang, sehingga meningkatkan risiko osteoporosis. Apalagi, kadar vitamin D penyandang lupus rendah.
Baca juga: Kehamilan ODAPUS bisa Aman
Terapi lain
Pada LE kutan diskois, bisa dilakukan operasi bila ukuran lesi kecil. “Jadi kita buang lesinya, lalu jahit dan sambungkan dengan bagian kulit yang sehat. Bisa pula menggunakan laser, tapi mahal dan harus dilakukan berulang-ulang,” tutur Dr. dr. Windy.
Pengobatan tambahan juga diperlukan, antara lain vitamin D. Penyandang LE memiliki kadar vitamin D rendah dalam darah, sedangkan mereka tidak boleh terpapar sinar UV. Untuk itu, suplemen vitamin D jadi pilihan terbaik untuk mengembalikan kadar vitamin D hingga batas normal.
Penyandang lupus dengan defisiensi vitamin D disarankan mengonsumsi vitamin D dosis 3.000 – 5.000 IU. Menurut Prof. Iris, suplementasi vitamin D jauh lebih baik ketimbang obat pereda nyeri untuk mengatasi keluhan nyeri sendi. “Toh, vitamin D dibutuhkan oleh pasien. Nyeri sendi pun hilang dengan suplementasi vitamin D,” imbuhnya.
Baca juga: ODAPUS Sering Disangka Malas, Padahal...
Kadar vitamin D harus dimonitor secara berkala. Awalnya diperiksa tiap tiga bulan. “Kalau sudah stabil, periksa enam bulan kemudian. Dan bila penyakit sudah remisi, cukup setahun sekali,” imbuhnya. Untuk pemeliharaan, dosis vitamin D3 bisa diturunkan menjadi 400 – 1.000 IU.
Jangan lupa, periksakan kesehatan tulang secara rutin. Terlebih bila sering atau cukup sering mendapat steroid oral. Dokter akan memberi suplemen kalsium dan/atau obat penguat tulang bila melalui pemerkiksaan, tulang mulai tampak menipis/keropos. (nid)
Baca juga: Perawatan Kulit pada Lupus Kutan
____________________________________________
Ilustrasi: People photo created by pressfoto - www.freepik.com