Terdapat trilyunan bakteri di usus manusia. Ada bakteri yang potensial menjadi pathogen; menyerang, membuat racun, atau keduanya, bila ada kesempatan. Ada yang tidak menyerang dan tidak membuat racun; disebut bakteri bermanfaat. Golongan ketiga bersifat oportunistik; bakteri ini mengikuti bakteri yang mendominasi. Karenanya, penting menjaga agar populasi bakteri bermanfaat lebih banyak, agar bakteri oportunistik ikut menjadi baik. Ini yang disebut keseimbangan bakteri usus.
Bakteri bermanfaat melapisi dinding usus bagian dalam, sehingga bakteri pathogen sulit menempel. Beberapa jenis bakteri bermanfaat merupakan bakteri penghasil asam laktat, yang membuat kondisi usus sedikit asam, sehingga pertumbuhan bakteri pathogen bisa dikontrol. Ia juga menstimulasi sistem imun, mensintesis vitamin K dan membantu proses pencernaan sehingga penyerapan nutrisi dan pembuangan zat sisa berjalan optimal.
Sembelit dan kembung adalah tanda bahwa keseimbangan flora usus terganggu. Populasi bakteri pathogen yang berlebihan, akan mengganggu proses pencernaan dan pembuangan, dan menghasilkan gas berlebihan sehingga perut kembung.
Bakteri bermanfaat yang menghuni kolon (usus besar) membentuk asam lemak rantai pendek seperti butyrate, yang merupakan nutrisi bagi kolonosit (sel-sel usus besar). Zat ini mengalir melalui vena porta langsung ke hati, sehingga dapat langsung digunakan oleh hati sebagai energi. Asam lemak rantai pendek juga membantu penyembuhan luka pada usus.
Manfaat probiotik untuk mengatasi sembelit telah banyak diteliti. Sakai T, dkk (2011) meneliti manfaat probiotik terhadap orang sehat, dengan skor Bristol Stool <3. Ini adalah bagan yang menunjukkan bentuk dan keras/lembutnya feses. Skor 1 berarti feses sangat keras dan bergumpal-gumpal terpisah, seperti kacang; sangat sulit untuk dikeluarkan. Skor 2 feses berbentuk sosis dan bergumpal. Selama 3 minggu, sebagian peserta mendapat probiotik yang mengandung L. casei Shirota strain, sebagian lagi tidak mendapat apa-apa (kelompok kontrol). Hasilnya, jumlah peserta kelompok probiotik yang memiliki feses keras 25% dari BAB, hanya 36,8%; turun drastis dari 73,7%. Sebaliknya di kelompok kontrol, angkanya naik dari 75% menjadi 85%.
Penelitian Koebnick C, dkk (2003) melibatkan 70 orang dengan sembelit kronis. Mereka dibagi dua kelompok; setiap hari selama 4 minggu, satu kelompok mendapat probiotik dengan L. casei Shirota strain. Kelompok lain mendapat plasebo (obat kosong) dengan tampilan yang identik dengan minuman probiotik. Hasilnya, sembelit sedang dan berat lebih sedikit pada kelompok probiotik. Pada pemeriksaan akhir, 89% kelompok probiotik dan 56% dari kelompok plasebo yang menunjukkan manfaat positif dari minuman yang mereka terima.
Pengalaman banyak orang, selalu sedia probiotik saat keluar kota. “Kalau di luar kota pengin nyobain kuliner setempat. Kadang makan minum sembarangan jadi kena diare atau kadang susah BAB (buang air besar),” ujar Andre, manajer marketing perusahaan swasta. Minum probiotik dengan merek yang sudah dikenal luas dan dijual di toko ritel, gangguan di lambungnya bisa diatasi. (nid)