Salah satu penyakit yang mengancam banyak anak usia 1-2 tahun adalah diare. Statistik menunjukkan, lebih 70% kematian balita disebabkan diare, pneumonia dan malnutrisi. World Food Program 2014 melansir, di Indonesia pada tahun 2012 sekitar 14% anak usia 2 minggu mengalami setidaknya sekali episode diare.
Menurut Prof. Dr. Agus Firmansyah, SpA(K), Guru Besar di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM, diare dapat menyebabkan malnutrisi jika kejadiannya berulang. “Sebanyak 14% balita, menderita 3-6 episode diare per tahun,” terangnya.
Penelitian menunjukkan, diare berulang berisiko 19,6% menyebabkan anak kurus (underweight). Lebih lanjut diare dapat melukai dinding usus, membuat imunitas anak turun dan gampang kena infeksi.
Mencret pada bayi umumnya karena pencernaannya sedang beradaptasi dengan berbagai makanan dan minuman yang masuk. Makanan yang terlalu asam, terlalu manis atau asin bisa menyebabkan anak/ bayi diare. Bisa juga, karena anak alergi terhadap makanan tertentu.
Infeksi virus dan bakteri dapat menyebabkan diare. Khususnya virus dari golongan Rotavirus dan bakteri seperti vibrio cholera atau salmonella. Virus dan bakteri ini bisa ditularkan melalui udara, air atau makanan dan minuman.
Kesehatan usus
Kesehatan usus erat kaitannya dengan kejadian diare. Di usus terdapat sistem imun tubuh. Bapak Kedokteran Modern Hipocrates menyatakan, “Dalam tubuh yang sehat, terdapat usus yang sehat.”
“Usus sehat ditunjang nutrisi seimbang dan lingkungan yang mendukung. Hal itu membuat infeksi berkurang dan tumbuh kembang anak optimal,” papar Prof. Agus.
Usus sehat memiliki lapisan mukosa (pelindung usus) yang kuat. Ini berhubungan dengan fungsi usus sebagai barrier (penghalang) terhadap bakteri patogen (jahat), antigen dan bahan yang bisa merusak lumen usus. Keseimbangan mikroflora usus (antara bakteri baik dan jahat) pun terjadi. Secara fungsional untuk pencernaan, penyerapan nutrisi, hormonal dan sistem imun bekerja optimal.
Kesehatan usus/ pencernaan, tergantung keseimbangan bakteri di usus, antara bakteri baik, bakteri jahat dan bakteri oportunis. Setidaknya terdapat 100 trilyun bakteri di usus, 1/1000 di antaranya bakteri oportunis yang berpotensi menjadi patogen jika jumlah bakteri baik menurun.
Bakteri baik seperti Lactobacillus GG, Lactobacillus, Bifidobacterium bifidum dan Enterococcus faecium mampu memperpendek durasi diare.
Jenis bakteri di usus berbeda-beda, tergantung faktor lingkungan, metode persalinan, pemberian ASI, hingga jenis makanan yang dikonsumsi. Bayi yang mendapat ASI (air susu ibu), saluran cernanya lebih banyak didominasi Bifidobacteria (bakteri baik/ probiotik).
Probiotik berperan penting pada kesehatan pencernaan. Fungsi probiotik tergantung jenisnya. Ada yang membantu penyerapan nutrisi, memroduksi vitamin, sebagai imunomodulasi (meningkatkan sistem imun), membantu melawan pertumbuhan bakteri jahat, dan menghambat perlekatan bakteri patogen pada mukosa usus. Ada yang mempercepat waktu transit makanan di usus, sehingga mencegah sembelit.
“Dulu ahli gizi berpendapat, untuk kesehatan usus cukup dengan makanan tinggi protein dan kalori. Penelitian lanjutan menunjukkan, perlu probiotik dan mikronutisi seperti zinc, serat dan glutamin,” papar Prof. Agus. (jie)