Lebih dari 6 milyar mikroba dari 500 strain berbeda, menetap di mulut. Bakteri-bakteri tersebut tidak bermasalah jika jumlahnya seimbang. Muncul masalah jika ada gangguan seperti karies (gigi berlubang), penyakit penyangga gigi (periodontal), atau ada infeksi.
Gingivitis atau gusi berdarah merupakan tahap paling ringan dari masalah gigi/gusi, sekaligus yang paling umum. WHO mencatat 1 dari 2 orang dewasa di dunia pernah mengalaminya. Menurut drg. Sandra Olivia, Sp.Perio., staf pengajar Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, gingivitis terjadi karena penumpukan plak di gusi yang tidak dibersihkan, membuat gusi meradang, kemerahan dan bedarah.
Plak gigi terbentuk 4-12 jam setelah sikat gigi. Lapisan plak mengandung material organik seperti lemak, protein dan enzim. Juga mengandung material anorganik terutama kalsium dan fosfor, dan bakteri mulut.
Plak yang tidak dibersihkan dalam 1-2 hari akan mengeras dan membentuk karang gigi, yang memroduksi racun dan enzim yang menyebabkan keasaman (pH) gigi tidak seimbang. Plak yang menumpuk akhirnya “nyelip” sampai ke tulang gigi, dan mengiritasi.
Kondisi ini membuat kerusakan bertambah serius, dan terjadi infeksi pada tulang gigi. Gigi menjadi goyang, bau mulut, nyeri gusi sampai gigi tanggal. Infeksi dapat menyebar ke seluruh tubuh lewat pembuluh darah, termasuk ke pembuluh darah jantung.
“Sekitar 91% pasien penyakit jantung, memiliki masalah gusi dan mulut,” kata drg. Olivia. Kuman di gusi/gigi akan menembus pembuluh darah dan menempel pada timbunan lemak di pembuluh arteri jantung dan menimbulkan bekuan (menghambat aliran darah ke jantung).
Bakteri yang terikut aliran darah bisa memroduksi enzim, yang mempercepat proses pengerasan dinding pembuluh darah dan meningkatkan risiko penyakit jantung koroner.
Sebuah penelitian menunjukkan, penderita radang gusi (gingivitis) beresiko 23% lebih tinggi terkena masalah jantung. Sedangkan mereka yang terkena periodontitis (penyakit periodontal lanjut) berisiko 50% lebih tinggi mengalami masalah jantung.
Perawatan gusi
Menggosok gigi dianjurkan sekurangnya 2x/hari: setelah sarapan dan sebelum tidur. Sikat gigi yang dianjurkan adalah yang berbulu lembut, menyikat dengan gerakan memutar dan tidak menggunakan tenaga yang kuat.
Untuk pasta gigi, bahan abrasif dapat bekerja untuk gusi adalah sodium bikarbonat. “Fungsinya antara lain mampu mengembalikan keseimbangan pH mulut, mencegah pembentukan plak dengan memperlambat kolonisasi bakteri, dan menurunkan radang gusi,” papar drg. Olivia. “Juga mampu menurunkan risiko karies (gigi berlubang).”
Menurut penelitian, sodium bikarbonat 23% lebih mampu mengangkat plak dibanding pasta gigi berbahan abrasif non-sodium bikarbonat, setelah sikat gigi selama 60 detik. Juga mampu menekan risiko penumpukan plak 56% pada area mulut yang sulit dijangkau dengan sikat gigi. (jie)