Alice Howland, profesor linguistik di Amerika Serikat mendadak kesulitan mengucapkan kata, ketika memberikan kuliah. Kali lain, tiba-tiba ia kehilangan arah saat jogging di kampus hingga tersesat. Dokter mendiagnosa, Alice menderita penyakit Alzheimer tahap awal, di usia yang baru 50 tahun. Ini adalah cuplikan dari film Still Alice yang diangkat dari buku dengan judul yang sama karya Lisa Genova.
Dimensia (pikun) Alzheimer tidak membunuh langsung, tapi ‘mencuri’ kehidupan secara perlahan. Di AS, penyakit yang belum ada obatnya ini menjadi penyebab kematian ke 6. Berdasar Alzheimer’s Association, kematian yang disebabkannya meningkat 68% tahun 2000-2010. Diprediksi, hampir 14 juta orang AS usia >65 tahun akan memiliki Alzheimer pada 2050. Di Indonesia pada 2013, diperkirakan ada 1 juta penyandang Alzheimer.
Auriel Willette dari Universitas Negeri Iowa, AS, menemukan bahwa protein tertentu yang disebut neuronal pentraxin-2 dapat memperlambat penurunan memori akibat Alzheimer. Para ahli meyakini, inflamasi (peradangan) di otak menyebabkan kematian sel dan atrofi (hilangnya) sel otak pada penyandang Alzheimer.
Dalam risetnya, Willette membandingkan scan otak serta cairan otak dan tulang belakang dari tiga kelompok: orang tanpa Alzheimer, mereka dengan gangguan kognitif ringan atau masalah memori yang mungkin mengalami Alzheimer, dan orang dengan Alzheimer.
Ditemukan, partisipan dengan kadar neuronal pentraxin-2 lebih tinggi, tidak mengalami atau hanya sedikit mengalami kehilangan memori setelah dua tahun. Sebaliknya partisipan dengan kadar protein inflamasi yang lebih tinggi pada cairan otak dan tulang belakang, memiliki kehilangan memori dan atrofi otak yang lebih tinggi dalam >2 tahun.
Secara alamiah, neuronal pentraxin-2 diproduksi tubuh khususnya neuron, sel-sel otak yang membawa impuls listrik dan sinyal kimiawi. Protein ini berperan dalam membentuk atau mengatur ulang koneksi antarneuron; ditengarai dengan cara membersihkan ‘puing-puing’ atau koneksi yang tidak efisien, untuk membentuk jalan bagi koneksi baru.
Mereka yang kelebihan berat badan lebih berisiko Alzheimer. Sebaliknya olahraga teratur membantu memicu aktivitas antarneuron, yang meningkatkan kadar neuronal pentraxin-2. “Olahraga intensitas sedang dan menurunkan berat badan, dapat menurunkan inflamasi kronik di otak dan meningkatkan faktor protektif,” terang Willette.
Diketahui pula pekerjaan yang kompleks, hobi dan interaksi sosial mendorong produksi protein seperti neuronal pentraxin-2. Melakukan tugas kognitif baru atau rumit, membentuk koneksi antarneuron yang baru atau lebih kompleks.
Pendidikan yang lebih tinggi, pekerjaan yang menuntut mental, atau penggunaan mental secara rutin dan kontinyu, membangun cadangan kognitif yang merupakan faktor protektif melawan kehilangan memori akibat Alzheimer.
Dalam hal ini, neuronal pentraxin-2 berperan dengan membantu menciptakan /membentuk ulang koneksi antarneuron sehingga meningkatkan kompleksitas di otak. (nid - jie)
Baca juga : Deteksi Alzheimer 7 Tahun Sebelum Gejala Muncul