Indonesia dianggap sebagai negara endemis hepatitis A. Artinya bila dilakukan pemeriksaan imunologi, mayoritas masyarakat Indonesia memiliki kekebalan terhadap virus tersebut, karena terinfeksi meski tidak meunjukkan gejala sakit. Namun ternyata, beberapa tahun belakangan terjadi wabah hepatitis A di berbagai daerah di Indonesia, bahkan beberapa kota dinyatakan KLB (kejadian luar biasa). “Salah satu teorinya, karena kesadaran orang tua sekarang terhadap kebersihan sudah membaik. Kebersihan makanan anak-anak sangat dijaga. Begitu anak sudah bisa jajan sendiri di luar, mereka terinfeksi hepatitis A dan sakit,” tutur Dr. dr. Sukamto, Sp.PD-KAI. KLB di Depok misalnya, banyak terjadi pada siswa SMP; ini usia di mana anak mulai bisa memilih jajanan sendiri.
Upaya pencegahan hepatitis A utamanya memang dengan higienitas dan sanitasi yang baik. Sayangnya kebersihan dan sanitasi yang baik di rumah sudah baik, tapi kondisi di luar rumah tidak demikian. Anak pun rentan mendapat infeksi bila jajan sembarangan. Karenanya, upaya pencegahn hepatitis A perlu dibarengi dengan vaksinasi.
Baca juga: KLB Hepatitis A: Anak-Anak Rentan Terinfeksi, Cegah Penularannya
Pada dasarnya, vaksinasi bertujuan memberi kekebalan secara aktif terhadap suatu antigen, dalam hal ini virus hepatitis A. “Sehingga bila kelak terpajan antigen hepatitis A, kita sudah punya kekebalan, jadi tidak sakit,” terang Dr. dr. Sukamto, dalam diskusi mengenai hepatitis A di RS Universitas Indonesia, Depok.
Vaksin hepatitis A berasal dari virus mati, bukan virus yang dilemahkan. Vaksin jenis ini terbuat dari virus/bakteri yang telah dihancurkan hingga mati hingga mati dan tidak aktif. Tidak bisa berkembang biak, dan tidak akan menyebabkan sakit.
Vaksinasi hepatitis A dilakukan dalam dua dosis; suntikan kedua berjarak 6 – 12 bulan dari suntikan pertama. “Proteksi dari suntikan pertama 94 – 100%, dan efikasi suntikan kedua mencapai 100%,” ujar dr. Nina Dwi Putri, Sp.A(K), M.Sc (TropPaed). Vaksin hepatitis A bisa untuk anak-anak maupun dewasa. Pada anak, “Bisa diberikan mulai usia 24 bulan.” Vaksin hepatitis A cukup diberukan dalam satu rangkaian (dua dosis suntikan), tidak memerlukan booster atau penguat di kemudian hari.
Baca juga: Hepatitis A bisa Sembuh Sendiri, Obat-Obatan untuk Mengatasi Gejala
Idealnya, semua orang melakukan vaksinsi hepatitis A. Pada orang dewasa, khususnya mereka yang berisiko tinggi terpapar hepatitis A misalnya pelancong dan petugas kesehatan, atau yang berpotensi menularkan virus tersebut seperti penjamah makanan. Juga mereka dengan penyakit hati kronis, karena bila terinfeksi hepatitis A bisa menjadi fulminan. Misalnya pasien hepatitis B dan C, dan yang memiliki perlemakan hati. “Tapi sekarang, kita semua pelancong lokal. Hampir tidak pernah makan di rumah,” imbuh Dr. dr. Sukamto.
Vaksin hepatitis A sudah direkomendasikan oleh IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) dan PAPDI (Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia), tapi belum menjadi program nasional. Untuk mendapatkan vaksinsi ini harus mengeluarkan biaya sendiri, dan bisa dilakukan di RS atau klinik vaksinasi. "Kalau ada sekokah yang mengalami outbreak hepatitis A, anak-anak di sekolah itu sebaiknya divaksin untuk memutus rantai penularan," pungkas dr. Nina. (nid)
____________________________________________
Ilustrasi: Medical photo created by welcomia - www.freepik.com