Banyak orang mengidap intoleransi laktosa. Ini adalah ketidakmampuan tubuh mengolah laktosa (karbohidrat /gula dalam susu sapi), karena tubuh kekurangan enzim laktase yang diproduksi kelenjar usus. Setidaknya, 70% masyarakat di seluruh dunia mengalami intoleransi laktosa primer; >60% terjadi di Asia.
Penyebabnya, menurut dr. Marya Haryono, MGizi, SpGK, Staf Pengajar FKUI, ada empat. Pertama, defisiensi laktase primer; tubuh tidak bisa memroduksi enzim laktase dalam jumlah cukup. Kedua, defisiensi laktase sekunder. Enzim laktase menurun saat sedang sakit, misal saat dirawat di rumah sakit.
Ketiga, developmental lactase deficiency. Terjadi pada bayi lahir prematur, yang akan membaik seiring sempurnanya sistem pencernaan. Terakhir, defisiensi laktase bawaan (congenital lactase deficiency); tubuh sama sekali tidak memroduksi laktase. Kondisi ini jarang terjadi.
“Enzim laktase memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa,” paparnya.
Batas yang dapat ditoleransi penderita intoleren laktosa antara 10-15 gr/hari. Dalam takaran ini biasanya tidak menimbulkan gejala atau hanya gejala ringan.
Masalahnya, laktosa kadang “tersembunyi” dalam makanan selain susu, seperti roti atau kue, sereal, margarin, salad, atau permen. Risiko penderita lactose intolerance bila minum susu adalah diare, dehidrasi dan penurunan berat badan.
Bagi penderita intoleransi laktosa, sumber kalsium dapat diperoleh dari susu kedelai, ikan sarden, salmon, tuna atau ikan teri yang dimakan bersama tulangnya. Bisa dari sayuran seperti brokoli, bayam, kacang-kacangan dan selada lettuce. Atau dari makanan turunan susu seperti yogurt dan keju.
Yogurt pengganti susu
Yogurt lebih banyak mengandung kalsium dibanding keju atau bayam. Dibandingkan 100 gr susu rendah lemak vs 100gr low fat yogurt, jumlah energi dan protein dalam yogurt lebih tinggi, yakni 42 kcal : 56 kcal energi dan 3,37 gr : 4,8 gr protein.
Yogurt adalah produk fermentasi susu dengan bakteri asam laktat, yang akan memecah laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. “Masih mengandung sedikit sekali laktosa,” ujar dr. Marya. “Artinya, ramah di usus penderita intoleransi laktosa, karena laktosa sudah terpecah bahkan sebelum dimakan.”
Dari cara pembuatan, Greek style yogurt (yogurt gaya Yunani) lebih baik dibanding jenis lain seperti Balkan style, European style atau Frech style. Kandungan laktosanya lebih sedikit; 6 ons Greek yogurt mengandung <6,8 gram laktosa, dibandingkan 8,5 gram dalam whole-fat yogurt atau 14 gram dalam non-fat yogurt.
Anak dengan intoleransi laktosa disarankan mulai mencoba makan yogurt ketika mulai mengonsumsi makanan padat. Pada yang lebih dewasa disarankan mengonsumsi yogurt 2 x sehari, plus makanan sumber kalsium lain.
Bakteri probiotik dalam yogurt diketahui dapat memroduksi enzim laktase. Makin kerap mengonsumsi yogurt, dapat mengurangi keluhan yang timbul akibat intolerensi laktosa. Dr. Marya mengibaratkan seperti “memancing” usus untuk memroduksi enzim laktase. Saat enzim laktase cukup, laktosa dapat diurai.
“Yogurt mudah dicerna dan memiliki biovailabilitas (kemampuan zat dipakai dalam tubuh) tinggi, mengandung protein dan asam amino esensial (prolin dan glisin) yang meningkatkan penyerapan kalsium. Asam amino esensial penting, karena tubuh tidak bisa memroduksi sendiri dan harus disuplai dari luar. Dan proses pengolahan yogurt membuat vitamin di dalamnya menjadi lebih aktif,” pungkas dr. Marya. (jie)
Baca juga : Yogurt Camilan Sehat Penurun Kolesterol