Tidak sulit mengatasi demam. Obat penurun panas mudah diperoleh dan bisa dibeli bebas di apotek, toko obat atau warung. Kadang, obat tidak diperlukan karena demam bisa sembuh sendiri. Namun, bila demam dirasa mengganggu, atau demam tidak juga turun, bisa diterapi dengan obat.
Obat penurun panas yang beredar di pasar,menurut dr. Khie Chen Lie, SpPD, dari Divisi Penyakit Tropik dan Infeksi, Departemen Ilmu Penyakit Dalam RS. Cipto Mangunkusumo, Jakarta, terbagi dua golongan besar: asetaminofen dan ibuprofen.
Asetaminofen termasuk golongan obat analgesik yang sering digunakan untuk meringankan nyeri dan mengurangi demam; awam mengenal golongan obat ini sebagai parasetamol.
Obat ini digemari, karena mampu mengurangi rasa nyeri. Misalnya, nyeri karena sakit gigi, nyeri menstruasi, osteoarthritis atau gejala influenza. Obat ini tergolong lebih aman untuk digunakan pada anak-anak, karena efek samping pada saluran pencernaan minimal.
Walau mudah dibeli, obat perlu dikonsumsi sesuai dosis anjuran. Asetaminofen tidak direkomendasikan diminum 10 hari berturut-turut, atau diberikan pada anak di bawah 3 tahun tanpa konsultasi dengan dokter.
Parasetamol sebaiknya diminum sebelum makan, agar diserap usus lebih baik. Parasetamol dapat diberikan lewat anus (supositoria), terutama untuk bayi/ anak yang muntah hebat sehingga sulit menerima obat lewat mulut.
Segera ke dokter bila setelah minum parasetamol timbul perdarahan ringan-berat. Atau keluhan demam dan nyeri tenggorokan tidak berkurang, karena mungkin disebabkan infeksi yang lebih berat sehingga perlu penanganan lebih lanjut. Atau, jika terjadi reaksi alergi seperti kemerahan di kulit, gatal, bengkak dan sesak nafas.
Obat jenis ibuprofen cocok bagi penderita yang alergi pada parasetamol. Obat ini termasuk jenis anti-inflamasi non-steroid (AINS). Dapat meredakan nyeri ringan-sedang, nyeri setelah operasi, nyeri sendi/ otot, menstruasi.
Efek obat dapat dirasakan 30-60 menit setelah dikonsumsi dan bertahan 4-8 jam. Sebaiknya diminum setelah makan, untuk mengurangi risiko iritasi lambung.
Efek penurun demam jenis ibuprofen, lebih kuat dari parasetamol. Di sisi lain, efek sampingnya lebih besar. Efek samping paling sering (1 – 10%) adalah: mual, muntah, diare, konstipasi (sulit BAB /buang air besar), nyeri perut atau rasa terbakar pada perut bagian atas, ruam kulit, sampai gangguan penglihatan.
Penggunaan obat jenis ibuprofren jangka panjang dan dalam dosis tinggi, dapat menyebabkan kerusakan ginjal, hipertensi dan serangan jantung. Mereka yang berisiko mengalami ini adalah penderita lanjut usia, kekurangan cairan, mengalami gagal jantung atau gangguan hati.
Satu hal lagi, “Obat tidak boleh diberikan pada penderita DBD (demam berdarah dengue), karena bersifat mengencerkan darah,” kata dr. Lie. Itu karena penderita DBD mengalami kebocoran plasma (cairan) darah. Obat yang sifatnya mengencerkan darah, akan membuat kebocoran semakin parah. (jie)